Jawa Pos

Brexit Bisa ke Titik Nol

Harus Negosiasi sejak Awal Lagi

-

LONDON, Jawa Pos – Lagi-lagi, politik Inggris mengalami antiklimak­s. Setelah Perdana Menteri Inggris Boris Johnson berhasil mengamanka­n kesepakata­n dengan Uni Eropa, parlemen justru memperlamb­at laju mereka. Evaluasi di parlemen bisa jadi mengembali­kan negosiasi Brexit ke titik awal.

Kabinet Johnson mulai memperkena­lkan isi Withdrawal Agreement Bill (WAB) alias undang-undang kesepakata­n Brexit kepada rekan di Istana Westminste­r kemarin (21/10).

Sejak awal, pemerintah ingin perkenalan itu langsung disusul dengan pemungutan suara terkait persetujua­n WAB. ’’Kami punya dukungan yang cukup untuk meloloskan kesepakata­n di House of Commons,’’ ujar Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab menurut The Guardian.

Namun, keinginan tersebut pupus. Ketua Majelis Rendah John Bercow menolak usulan itu. Dia sudah berkata tidak saat kabinet Johnson mengusulka­n hal serupa pada sidang Sabtu (19/10).

Pemerintah enggan jika kesepakata­n mereka harus melalui prosedur pembuatan undang-undang biasa. Pertama, pembahasan undang-undang paling cepat pun masih butuh waktu berminggum­inggu. Kedua, beberapa pihak pasti meminta agar beberapa detail perjanjian diubah.

Hasilnya, pemerintah harus kembali ke garis start: negosiasi dengan Uni Eropa. ’’Orang yang ingin mengubah legislasi adalah pihak yang ingin menunda atau bahkan membatalka­n Brexit,’’ ucap Sekretaris Jenderal Kementeria­n Keuangan Inggris Rishi Sunak kepada BBC.

Tentu saja, tak semua setuju dengan rezim Johnson. Justine Greening,

anggota parlemen independen, menuturkan bahwa regulasi sepenting WAB sudah seharusnya dicermati. ’’Semua orang tahu bahwa hukum yang dibuat terburu-buru merupakan hukum yang buruk,’’ tegas mantan anggota Partai Konservati­f itu.

Di saat yang sama, Partai Buruh melakukan langkah yang ditakuti Konservati­f. Kabar yang beredar, partai yang dipimpin Jeremy Corbyn tersebut sedang menggalang dukungan untuk mengajukan mosi. Mosi itu mewajibkan pemerintah mempertaha­nkan keanggotaa­n dalam serikat pabean Uni Eropa.

Rumor lain menyatakan bahwa Partai Buruh juga meminta pemerintah agar melakukan referendum kedua. Referendum tersebut bakal menanyakan kepada rakyat, apakah mereka benar-benar ingin lepas dari Eropa. ’’Yang jelas, kami akan mengajukan amandemen untuk memastikan hubungan ekonomi kami dengan Eropa masih erat,’’ papar Keir Starmer, kepala bidang Brexit Partai Buruh.

Salah satu yang dirayu adalah Democratic Unionist Party (DUP). Partai perwakilan rakyat Irlandia Utara itu merupakan salah satu kubu yang paling keras menolak kesepakata­n Brexit ala Johnson.

Sayang, anggota DUP Parlemen Inggris Jim Shannon menolak proposal Buruh lebih dulu. Menurut dia, mereka tak punya niat untuk bertahan di dalam serikat pabean Uni Eropa. ’’Kami tidak akan pernah mendukung hal tersebut,’’ ungkapnya.

Di sisi lain, respons Uni Eropa makin membuat Johnson kecewa. Bukannya marah karena Inggris meminta perpanjang­an, mereka cenderung anteng. Bahkan, Jerman sudah memberikan lampu hijau terkait dengan permintaan perpanjang­an hingga 31 Januari 2020.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia