Kembangkan Mikrofon untuk Deteksi Osteoartritis
Hidung tersumbat. Hidung berair, tapi juga disertai ingus.
Nyeri (bukan pusing atau sakit kepala) di titik-titik sinus di wajah.
Dalam beberapa kasus, nyeri bisa terasa hingga area rahang dan telinga. Jika amat mengganggu, pasien diperbolehkan mengonsumsi obat penghilang nyeri. Gangguan fungsi penghidu (tidak mampu mencium aroma, aroma terdeteksi samar oleh hidung).
LONDON, Jawa Pos – Teknologi deteksi kesalahan konstruksi bangunan biasa ternyata bisa diterapkan dalam dunia kesehatan. Dalam riset yang dipublikasikan di jurnal PLOS One edisi Oktober, tim peneliti dari tiga universitas Inggris memodifikasi mikrofon mini yang mampu menangkap gelombang bunyi berfrekuensi tinggi. Alat yang biasa digunakan untuk mendeteksi retakan atau kesalahan struktur dipakai untuk mengetahui adanya kerusakan di persendian lutut.
Penelitian tersebut melibatkan 89 responden lansia yang memiliki nyeri sendi dengan tingkat keparahan beragam. Prof John Goodacre MD dari Lancaster University, salah seorang anggota tim riset, menjelaskan, teknik itu berpeluang menjadi sarana diagnosis baru. Hingga kini, deteksi osteoartritis masih bergantung pada penggunaan sinar X.
’’Penentuan tingkat keparahan nyeri sendi lutut yang ada sekarang masih kasar. Hasilnya pun sering kali berubah,’’ ungkapnya sebagaimana dikutip BBC.
Goodacre menjelaskan, suara gemeretak dari lutut yang ditangkap mikrofon bisa jadi merupakan salah satu gejala osteoartritis. ’’Mikrofon ini lebih sensitif ketimbang sinar X. Dengan demikian, pengobatan bisa lebih pas dengan keluhan pasien,’’ ungkap pengajar Lancaster Medical School itu.
Dia menjelaskan, penemuan tersebut juga bisa dikembangkan lebih lanjut untuk alat diagnostik guna menghindari cedera dan memantau hasil pengobatan. Menurut Goodacre, teknologi analisis frekuensi tinggi itu belum diujicobakan di sendi bagian lain seperti pinggul atau tangan.