Cantika Melawan Jadwal Ketat
PYONGYANG, Jawa Pos – Hari ini para lifter muda Indonesia mulai bertanding dalam Kejuaraan Asia Junior dan Remaja 2019 di Pyongyang, Korea Utara. Meski levelnya junior, turnamen itu tetap sangat penting buat mereka yang mengejar tiket Olimpiade Tokyo 2020. Sebab, event itu merupakan turnamen berkategori gold dan punya nilai poin tinggi. Nah, yang sedang mengejar kuota olimpiade adalah Windy Cantika Aisah. Untuk level remaja, terlebih di Asia, kans dia merebut medali sangat besar. Misalnya, saat di Kejuaraan Dunia Junior 2019 di Fiji pada Juni lalu. Cantika merebut tiga perak. Gadis 17 tahun itu hanya kalah dari lifter Tiongkok Zhao Jinhong yang setahun lebih tua darinya. ’’Di sini (kejuaraan Asia, Red) diberi target mempertajam rekor dunia remaja,’’ jelas Cantika ketika ditemui di mes Kwini, Jakarta Pusat, sebelum berangkat ke Pyongyang pekan lalu. ’’Saya berusaha yang terbaik yang saya bisa. Untuk itu, saya latihan lebih disiplin, makan dan istirahat juga,’’ lanjutnya.
Ya, Cantika pernah memecahkan rekor dunia remaja kelas 49 kg saat terjun di Kejuaraan Asia 2019 (debutnya di level internasional), April lalu. Kala itu dia membukukan angkatan total 177 kg.
Catatan Cantika maju pesat. Sekarang dia sudah mampu mencatat angkatan total 181 kg. Capaian tersebut dibukukan saat terjun di Kejuaraan Dunia 2019 di Pattaya, Thailand, bulan lalu. Jadi, kalau targetnya mempertajam rekor, kans dia sangat besar.
Namun, untuk bisa mengejar pesaing utamanya, Zhao Jinhong, masih sulit. Di Kejuaraan Dunia Junior, capaian mereka terbentang jauh. Di snatch, mereka sama-sama mem-bukukan 81 kg. Nah, untuk clean and jerk, Zhao mampu mengangkat beban sampai 110 kg, sedangkan Cantika hanya 98 kg.
Terlebih, Cantika punya beberapa kendala selama persiapan. Salah satunya soal pendidikan. ’’Sekarang sudah kelas XII SMA, tugas harus dikerjakan. Jadi, harus bagi konsentrasi juga,’’ jelas Cantika.
Selain itu, Cantika harus membagi tenaga di turnamen. Sebab, dia tampil di level junior maupun senior. Lawannya hanya terjun di junior. ’’Saya hampir tiap bulan ada pertandingan. Seenggaknya mental, kondisi fisik harus benar-benar dipersiapkan,’’ jelas Cantika. ’’Kalau capek, memang iya. Tapi, ini untuk kebaikan saya sendiri juga,’’ lanjut lifter kelahiran 11 Juni 2002 itu.
Pelatih Dirdja Wihardja optimistis para lifter junior bisa meraih yang terbaik. ’’Persaingan belum terbaca. Tuan rumah dan Tiongkok pasti menurunkan yang terbaik. Kalau enam angkatan itu berhasil semua, otomatis bisa dapat medali,’’ tutur Dirdja.