Polisi Pastikan Tidak Ada Tersangka Lagi
SURABAYA, Jawa Pos – Dua buron kasus penculikan yang berujung pembunuhan terhadap Bakti Maknutu Dunirat urung ditunjukkan ke awak media kemarin (21/10). Risky Pradana dan Mohammad Imron Rusyadi, dua pelaku tersebut, masih diperiksa penyidik. ’’Yang pasti, tugas kami untuk menangkap pelaku sudah selesai,” ujar Kasatreskrim Polrestabes Surabaya AKBP Sudamiran.
Sudamiran kembali menjanjikan perkara tersebut dipaparkan hari ini. Dia mengatakan ingin lebih dulu memastikan peran mereka dalam pembunuhan terhadap korban. ’’Biar jelas. Jangan sampai ada yang ditutupi,” ucap polisi dengan dua melati di pundak tersebut.
Kanit Jatanras Polrestabes Surabaya Iptu Giadi Nugraha juga menegaskan, kedua tersangka adalah pelaku terakhir yang diburu.
Menurut dia, tidak ada tersangka lagi pada perkara pembunuhan Bangkit. ’’Enam orang total pelakunya,” kata alumnus Akpol 2012 itu
J
Seperti diberitakan sebelumnya, mayat Bangkit ditemukan warga di bawah Jembatan Cangar, Batu, Rabu (16/10). Diketahui, pria 30 tahun tersebut dua hari sebelumnya diculik sejumlah orang di Jalan Ahmad Yani, Surabaya. Latar belakang kasus itu kemudian terungkap.
Awalnya polisi menangkap empat pelaku secara bergantian beberapa jam setelah mayat korban ditemukan. Di antaranya, pasangan suami istri (pasutri) yang menjadi otak aksi. Yakni, Bambang Irawan, 27, dan Rulin Rahayu, 32. Mereka merupakan warga Magersari, Sidoarjo. Dua nama lain adalah Kresna Bayu, 22, dan Rizaldy Firmansyah, 19.
Dalam penyidikan, para pelaku menyebutkan bahwa ada dua nama lain yang ikut dalam aksi. Yaitu, Risky dan Imron. Risky akhirnya ditangkap di Sukodono, Sidoarjo, Jumat (18/10). Nah, keesokan harinya giliran Imron yang diringkus di Sleman, Jogjakarta.
Giadi masih enggan berkomentar lebih lanjut terkait dua pelaku terakhir yang tertangkap. Hanya, Giadi menyebut penangkapan terhadap Imron adalah yang paling melelahkan. Dia dan anggota harus menghabiskan waktu sepuluh jam perjalanan darat. ’’Nangkapnya padahal tidak sampai setengah jam,” ungkapnya. Imron saat itu dicokok di pinggir jalan. Tepatnya di perbatasan Desa SidoarumGamping, Sleman.
Terungkapnya kasus tersebut menjadi kebanggaan tersendiri bagi Polrestabes Surabaya. Wakapolrestabes Surabaya AKBP Leonardus Simarmata menyampaikan penanganan kasus itu kepada 13 siswa Sekolah Pimpinan Menengah (Sespimmen) Polri yang melaksanakan kuliah kerja lapangan di mapolrestabes kemarin. ’’Surabaya adalah kota besar. Bukan hanya kuantitas kriminalitas, kualitasnya juga cukup tinggi,” kata Leo.
Mantan Kapolres Mojokerto tersebut berharap pola pengungkapan perkara itu menjadi ilmu baru bagi para siswa sespimmen. Menurut dia, menangani sebuah perkara tidak hanya membutuhkan kecepatan dan ketepatan mengumpulkan petunjuk. Tetapi, juga kejelian.