Penyakit Autoimun Banyak Dipicu Stres
SURABAYA, Jawa Pos – RSUD dr Soetomo mencatat terjadinya peningkatan kasus penyakit autoimun. Dari data divisi rematologi, ada sekitar 1.000 kasus dalam sebulan terakhir. Penyakit itu merupakan kondisi sistem kekebalan tubuh (imun) secara keliru menyerang tubuh. Umumnya, sistem imun bertugas melindungi tubuh dari bakteri, virus, atau cacing.
Para pasien tersebut datang dengan berbagai gejala. Misalnya, kelelahan, pegal otot, ruam kulit, demam, kesulitan tidur, dan cemas. Namun, ada pula gejala tersebut yang sudah mengakibatkan kerusakan jaringan organ. ”Misalnya, di RSUD dr Soetomo ada yang sudah mengalami kerusakan ginjal, jantung, atau paru,” papar ahli penyakit dalam dan konsultan rematik Dr dr Yuliasih SpPD-KR.
Menurut dia, selain faktor keturunan dari keluarga, pemicu penyakit autoimun adalah lingkungan. Misalnya, cahaya matahari, bahan kimia, serta infeksi virus dan bakteri. Hal itu bisa mengakibatkan seseorang terserang penyakit autoimun dan memperparah keadaannya. Dia menjelaskan, untuk saat ini, pemicu penyakit autoimun yang paling banyak adalah stres. ”Stresnya bisa bermacammacam. Bisa karena stres skripsi, stres karena ada keluarganya meninggal, atau bisa juga karena pekerjaan,” paparnya.
Ada berbagai macam penyakit autoimun. Misalnya, lupus, psoriasis, dan multiple sclerosis. ”Yang paling banyak di RSUD adalah lupus,” ucapnya.
Dia mencontohkan, salah satu pasiennya adalah Marista, 26. Dia menderita lupus sejak 15 tahun lalu. Gejalanya, nyeri sendi kronis, kelainan kulit yang sulit sembuh, demam berulang sekitar satu bulan, dan wajah pucat. Kondisi itu diperparah dengan kelelahan akibat aktivitas kuliah. Pada akhirnya, terjadi kebocoran ginjal.
Hal itulah yang disayangkan Yuliasih. Penanganan yang terlambat pada penyakit autoimun tersebut mengakibatkan kerusakan organ vital. Untuk itu, dia menyarankan segera berobat ke dokter apabila sudah timbul gejala awal. Selanjutnya, dokter akan melakukan diagnosis penyakit. ”Diagnosisnya tidak bisa dalam sekali waktu. Butuh proses yang panjang dan berkelanjutan untuk menentukan diagnosisnya,” papar Yuliasih.
Hingga saat ini, penyakit autoimun tidak bisa disembuhkan. Hanya, dengan pengobatan yang tepat, penyakit autoimun bisa dikendalikan dan diringankan gejalanya. Terdapat obat-obatan yang bisa dikonsumsi agar seseorang bisa beraktivitas seperti biasa. ”Semakin cepat penyakit ini didiagnosis, dokter bisa menentukan pengobatan yang tepat agar kondisi tak semakin parah,” tegas Yuliasih.