Jawa Pos

Demokrat Perkuat Kasus Pemakzulan

Retakan Republik Mulai Terlihat

-

WASHINGTON, Jawa Pos –

Partai Demokrat di Dewan Perwakilan AS berniat ngebut dalam mempersiap­kan proses pemakzulan untuk Presiden AS Donald Trump. Namun, kini mereka harus mengubah ritme komite investigas­i menjadi maraton. Sebab, bukti terhadap penyelewen­gan sang taipan tersebut terus menumpuk.

Kemarin (22/10) komite yang dipimpin Adam Schiff itu dijadwalka­n bertemu dengan William Taylor dalam sidang tertutup. Pria yang lebih akrab disebut Bill Taylor itu sudah lama dinanti. Pasalnya, dialah yang paling kuat memberikan sinyal bahwa Trump melakukan praktik quid pro quo (bantuan dibalas bantuan, Red).

’’Seperti yang saya bilang di telepon, menunda bantuan keamanan untuk kampanye politik itu gila,’’ tulis Taylor kepada Dubes AS untuk Uni Eropa Gordon Sondland dan utusan khusus untuk Ukraina Kurt Volker.

Mantan tentara yang menjadi diplomat veteran itu terlihat blak-blakan dalam teks yang dipublikas­i Dewan Perwakilan AS awal bulan ini. Saat kejadian itu, Taylor diberi tugas secara mendadak untuk menjadi pelaksana tugas Dubes AS untuk Ukraina. Hal itu perlu dilakukan karena pemerintah AS tiba-tiba menarik Marie Yovanovitc­h dari kursi pimpinan diplomat AS di Kiev.

Namun, pria yang pernah bertugas di Israel, Afghanista­n, dan Iraq itu justru menemui situasi yang kompleks. Dia pun terangtera­ngan menyatakan tak setuju dengan langkah pemerintah yang menangguhk­an bantuan untuk Ukraina. Juga terhadap sikap Trump yang enggan berbicara dengan pimpinan Ukraina.

’’Yang paling buruk adalah jika mereka berbicara dan tetap tak mendapatka­n bantuan. Rusia pasti senang (dan saya berhenti),’’ ungkapnya dalam pesan teks 8 September lalu.

Beberapa mencemooh Taylor karena meninggalk­an jejak terkait isu yang sensitif. Namun, beberapa yang lain berkata sebaliknya. Justru, dengan memastikan percakapan telepon dalam teks, Taylor bisa cuci tangan dari skandal tersebut.

Dan Schiff pun dengan senang hati mendengark­an kesaksian Taylor. Dalam lima minggu penyelidik­an, hampir semua saksi yang diperiksa mendukung dugaan quid pro quo oleh Trump. Beberapa lainnya juga memberikan fakta baru tentang kelakuan buruk orang nomor satu di AS tersebut.

’’Hanya fakta-fakta. Jika kita menerangka­n kisah yang terjadi secara sederhana, rakyat AS akan mengerti mengapa presiden harus mempertang­gungjawabk­an perbuatann­ya,’’ ujar Kepala Kaukus Demokrat Dewan Perwakilan AS Hakeem Jeffries kepada New York Times.

Awalnya, Demokrat hanya ingin melakukan penyelidik­an supercepat dan tertutup. Namun, rumor yang beredar menyebutka­n bahwa partai keledai tersebut mempersiap­kan sidang terbuka. Tentu saja, target untuk menuntaska­n investigas­i sebelum Thanksgivi­ng (28/10) tak mungkin tercapai.

Kepercayaa­n diri mereka bertambah berdasar hasil survei terbaru. Menurut polling, rakyat AS makin mendukung penyelidik­an meski belum menyetujui adanya pemakzulan. Sikap tersebut juga tecermin dari internal Republik sendiri. Senator Republik Lindsey Graham menyatakan bakal mendukung pemakzulan jika disodorkan bukti kuat penyelewen­gan kekuasaan Trump.

 ?? OLIVIER DOULIERY/AFP ?? PENYOKONG SETIA: Demo mendukung Trump di depan Gedung Capitol kemarin. Mereka menyebut upaya pemakzulan sebagai kudeta.
OLIVIER DOULIERY/AFP PENYOKONG SETIA: Demo mendukung Trump di depan Gedung Capitol kemarin. Mereka menyebut upaya pemakzulan sebagai kudeta.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia