Tambah Porsi Latihan Fisik
DI LEVEL junior, ganda putri Indonesia sebenarnya tidak buruk-buruk amat. Sejak 2011, empat pasangan sukses merebut perak kejuaraan dunia. Misalnya, Jauza Fadhila Sugiarto/Ribka Sugiarto (2017), Rosyita Eka Putri Sari/Apriyani Rahayu (2014), dan Shella Devi Aulia/Anggia Shitta Awanda (2011). Namun, yang benar-benar bisa bersinar di senior tak sampai separo.
Nah, Febriana Dwipuji Kusuma/ Amalia Cahaya Pratiwi (Ana/Tiwi, sapaan mereka), yang di Kazan lalu juga meraih perak, berharap bisa jadi Apriyani Rahayu. Salah satu kekuatannya, hingga bisa mendampingi Greysia Polii di 8 besar dunia, adalah fisik yang prima.
Hal itu juga yang berusaha dikejar Ana/Tiwi. ’’Latihan fisik ditambah. Ganda putri itu kuat banget. Kalau mainnggak cuma sejam, bisa lebih. Harus tambah stamina,’’ jelas Ana.
Ana/Tiwi awalnya tidak terlalu diandalkan di Kejuaraan Dunia Junior 2019. Mereka terhitung pasangan baru. Sebelumnya, Ana berpasangan dengan Ribka Sugiarto yang kini naik kelas ke senior. Tetapi,
PRESTASI
•
•
•
Runner-up Kejuaraan Dunia Junior 2019
Juara Malaysia Junior International Challenge 2019 Juara Jakarta Junior International Series 2019 secara mengejutkan, mereka mampu menembus babak final.
Ana adalah tipikal pemain yang optimistis di lapangan. Sifat itu membawa dampak positif. ’’Setiap pertandingan nggak mikir menang kalah, tapi main nekat. Harus fight. Nanti kalau mainnya bagus, insya Allah hasil mengikuti,’’ tutur dia.
Di senior, mereka belum tahu apakah tetap dipasangkan atau dirombak. Yang pasti, sekarang mereka lebih siap. ’’Bisa jadi finalis di kejuaraan dunia junior itu bikin lebih pede buat ke senior. Jadi, ada modal walaupun harus berlatih lebih keras supaya lebih matang. Senior kami sudah jauh di atas,’’ ucap Tiwi.