Jawa Pos

Langsung Terdeteksi Empat Menit dan Dijamin Akurat

Sebentar lagi, masyarakat bisa mengakses langsung informasi prediksi tsunami empat menit setelah terjadi gempa bumi. Aplikasi itu dirancang guru besar Universita­s Negeri Surabaya.

-

HISYAM, Jawa Pos

PROF Madlazim semangat menyambut kedatangan Jawa Pos di ruang kerjanya di lantai 2 Gedung D1 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahua­n Alam (FMIPA) Universita­s Negeri Surabaya (Unesa) beberapa waktu lalu. Pria asal Lamongan tersebut sangat gemar berbagi dan membantu sesama. Semangat berbagi dan mengabdi itulah yang menjadi salah satu pencetus hadirnya alat prediksi tsunami tersebut.

Alat pendeteksi tsunami yang sebelumnya disebut aplikasi Joko Tingkir itu adalah aplikasi untuk berbagi informasi tentang tsunami secara real time yang bisa diketahui empat menit setelah terjadi gempa bumi. ’’Kalau ada gempa, kita ingin tahu berpotensi tsunami atau tidak. Tinggal membuka aplikasi itu, langsung ada keterangan­nya, empat menit setelah gempa,” ujar Madlazim.

Pria yang juga dekan FMIPA Unesa tersebut menunjukka­n sistem kerja aplikasi lewat komputer kerjanya. Kebetulan saat aplikasi dibuka, terdeteksi gempa bumi yang terjadi di Mindanao, Filipina, pada 20 Oktober 2019. ’’Ini gempa terbaru yang terjadi di sana, langsung bisa diketahui di sini,” terangnya.

Di aplikasi tersebut, ada bagian penunjuk lokasi titik terjadinya gempa bumi dalam bentuk aplikasi map. Selain itu, terdapat keterangan parameter gempa di sisi kiri aplikasi

J

Yakni, keterangan waktu mulai detik, menit, hingga jam. Kemudian, ada lokasi atau titik terjadinya gempa plus keterangan magnitudo gempa. ’’Magnitudo gempa langsung dalam bentuk angka. Misalnya, yang terjadi di Mindanao ini besarnya 5,5 SR,” jelasnya. Yang paling penting adalah keterangan peringatan potensi tsunami di bagian bawah aplikasi. Dengan font besar, gempa yang terdeteksi terakhir di Filipina itu tertulis keterangan TIDAK BERPOTENSI TSUNAMI.

Madlazim mengatakan bahwa aplikasi yang dirinya kembangkan tersebut dipercayai lebih cepat memberikan informasi potensi tsunami empat menit setelah terjadinya gempa. Sementara itu, yang dimiliki BMKG bisa lebih dari lima menit. Aplikasi tersebut juga dipercaya lebih akurat daripada alat yang digunakan BMKG selama ini. Berdasar observasin­ya dulu, yakni mulai 2007 hingga 2010, di antara 30 gempa bumi yang terjadi, peringatan dini tsunami dari BMKG hanya tepat untuk delapan gempa. Sementara itu, 22 gempa diprediksi salah.

Karena itu, tidak heran BMKG dalam beberapa kasus setelah gempa mengumumka­n berpotensi tsunami. Kemudian, ada edaran lagi terkait pencabutan peringatan dini tsunami. Menurut Madlazim, hal itu sangat berbahaya bagi masyarakat. Selain masyarakat cemas, bisa jatuh korban jiwa jika prediksi selalu meleset. ’’Sebagai contoh, ada gempa, diprediksi tidak berpotensi tsunami, eh faktanya tsunami, kan itu bahaya dan pernah terjadi,” terangnya.

Mengenai keakuratan aplikasiny­a itu, dalam Internatio­nal Symposium on the Lessons Learnt from the 2018 Tsunamis in Palu and Sunda Strait di Jakarta pada 26–28 September 2019,

Madlazim menjamin bahwa hasil prediksiny­a zero false warning alias tidak melesat. Madlazim menambahka­n bahwa pengembang­an aplikasi tersebut juga atas kerja sama Unesa dengan beberapa orang di BMKG. Selama ini, selain sudah mendapatka­n hak cipta, aplikasi tersebut menjadi salah satu alat deteksi tsunami di BMKG. Kabar baiknya lagi, aplikasi itu akan di-launching pada peringatan Dies Natalis Unesa pada Desember 2019. Setelah itu, aplikasi tersebut langsung bisa diakses umum lewat http://aptsunami.fipa.unesa. ac.id.

 ?? HISYAM/JAWA POS ?? ILMU PASTI: Prof Madlazim menunjukka­n aplikasi prediksi tsunami di ruang kerjanya.
HISYAM/JAWA POS ILMU PASTI: Prof Madlazim menunjukka­n aplikasi prediksi tsunami di ruang kerjanya.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia