Rampok Korban, lalu Hasilnya Dibagi-bagi
SURABAYA, Jawa Pos – Risky Pradana dan Mohammad Imron Rosyadi akhirnya ditunjukkan kepada awak media kemarin (22/10). Mereka adalah dua pelaku yang sempat buron dalam perkara penculikan berujung pembunuhan terhadap Bangkit Maknutu Dunirat. Imron pulalah yang selama ini menjadi pencetus ide untuk membuang korban di Jembatan Cangar, Batu.
Imron mengaku pikiran itu muncul secara spontan saat ditanya. Dia mengaku beberapa kali melewati jembatan tersebut. ”Main-main saja,” tutur pemuda 20 tahun itu.
Dalam benaknya, jembatan tersebut cocok untuk tempat pembuangan
J
Jarang ada kendaraan yang lewat. Terlebih pada malam. ”Yang lain setuju, ya sudah ke sana,” ungkapnya.
Di kampung halaman, dia beralasan dipecat. Imron kemudian curhat kepada salah seorang temannya. ”Bilang butuh pekerjaan,” ujarnya. Rupanya, gayung bersambut. Ada yang menawari pekerjaan sebagai penjaga warung pecel lele di Jalan Sidoarum–Gamping, Sleman, Jogjakarta.
Imron yang butuh tempat pelarian tidak berpikir panjang. Dia langsung pergi ke sana. Namun, upaya untuk menghilangkan jejak itu kandas. Unit Jatanras Polrestabes Surabaya mengendus posisinya. Baru sehari bekerja, Imron diringkus. ”Yang bersangkutan kita tangkap empat hari setelah korban dilaporkan diculik,” kata Wakapolrestabes Surabaya AKBP Leonardus Simarmata.
Seperti diberitakan, mayat Bangkit ditemukan warga di bawah Jembatan Cangar, Batu, Rabu (16/10). Diketahui, pria 30 tahun tersebut dua hari sebelumnya diculik sejumlah orang di Jalan Ahmad Yani, Surabaya. Latar belakang kasus itu kemudian terungkap. Awalnya, polisi menangkap empat pelaku secara bergantian beberapa jam setelah mayatkorbanditemukan. Di antaranya, pasangan suami istri (pasutri) yang menjadi otak aksi. Yakni, Bambang Irawan, 27; dan Rulin Rahayu, 32. Dua nama lain adalah Kresna Bayu, 22; dan Rizaldy Firmansyah, 19.
Jumat (18/10) atau sehari sebelum membekuk Imron, polisi lebih dulu menangkap Risky. Warga Sepanjang, Taman, itu dicokok di Desa Masangan Wetan, Sukodono. Dia bersembunyi di tempat kos yang ditinggali orang tuanya. ’’Dia ini tidak hanya ikut menganiaya korban selama perjalanan. Tetapi, juga mengambil barang korban,” tutur Leo.
Risky berdalih perbuatan itu bukan inisiatifnya. Pemuda 27 tahun tersebut mengaku hanya menjalankan instruksi dari Bambang. ”Butuh uang untuk beli bahan bakar,” ujar Risky. Dia pun merogoh dompet korban di tengah perjalanan menuju Batu. Risky mendapati uang Rp 500 ribu. ”Rp 100 ribu saya kasihkan ke Bambang,” sebutnya.
Nah, sisa uang tersebut lantas diberikan kepada Bayu dan Rizaldi. Masing-masing mendapat Rp 200 ribu.