KOPERASI TOKO KELONTONG DI SURABAYA
SURABAYA, Jawa Pos – Rumah susun sederhana sewa (rusunawa) yang dihuni masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) jadi pusat ekonomi baru. Pemkot memfasilitasi penghuni rusunawa untuk mendirikan koperasi toko kelontong. Dari lima koperasi yang sudah berdiri, ada yang omzetnya mencapai miliaran rupiah dalam sebulan.
Lima lokasi yang memiliki koperasi toko kelontong ada di Rusunawa Romokalisari, Penjaringan Sari, Tanah Merah, Randu, dan Sumbo. Karena melihat keberhasilan koperasi tersebut, Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Surabaya menambah lima lokasi lagi tahun depan atau paling cepat akhir tahun ini. Lokasinya terletak di Rusunawa Jatisrono, Keputih, Wonorejo, Penjaringan I dan II, serta Bangunrejo.
Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Surabaya Widodo Suryantoro mengungkapkan, lima rusun itu dipilih karena dianggap paling siap. Pemkot
1 2 3
Sudah terbentuk di rusunawa Romokalisari, Penjaringan Sari, Tanah Merah, Randu, dan Sumbo. Penambahan di Jatisrono, Keputih, Wonorejo, Penjaringan Sari I dan II, serta Bangunrejo. Pemkot menyiapkan pengurus koperasi dan menghubungkan dengan distributor barangbarang kebutuhan pokok.
tengah mempersiapkan pengurus koperasi agar benar-benar bisa menjalankan organisasi. ’’Ini tidak bisa instan. Karena saya menggerakkan pelaku. Jadi, ketika orang itu rodok mbliyut titik, omzet rodok turun,’’ ucap Widodo.
Pemkot menempati pendamping di koperasi toko kelontong tersebut. Pendamping mendapat gaji dari pemkot. Dia bertugas memonitor segala sesuatu di koperasi tersebut. Mulai sirkulasi, omzet, komoditas, hingga pembukuan.
Koperasi tersebut tidak memiliki kantor yang berukuran besar. Sebab, yang dikejar adalah omzet dan kecepatan distribusi
4 5
Keuntungan anggota koperasi ialah mendapatkan harga lebih murah, barang datang di lokasi, dan mendapat semacam dividen akhir tahun.
Di Tanah Merah, omzet koperasi bisa mencapai miliaran dalam sebulan. komoditas koperasi toko kelontong. Sudah ada pemetaan bahan-bahan kebutuhan warga di rusunawa. Mulai beras, minyak goreng, hingga kopi.
Begitu ada barang yang datang, warga langsung menyerbu sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Dengan harga yang bersaing karena barang langsung diperoleh dari distributor besar, warga pun terbantu. ’’Tanah Merah paling tinggi, sampai miliaran. Tapi, itu hitungan kasar. Sebab, ada biaya lain-lain. Perputarannya sejak berdiri 11 bulan lalu berkembang sebesar itu,’’ tambahnya.
Peran pemkot dalam pendirian koperasi toko kelontong hanya sebagai fasilitator. Sebab, yang menjadi pengurus adalah warga sendiri. Selain keuntungan mendapatkan harga yang relatif lebih murah, pada akhir tahun warga yang menjadi anggota koperasi itu bisa memperoleh keuntungan atau semacam dividen dari koperasi tersebut.
Di sisi lain, Wakil Ketua DPRD Surabaya Reni Astuti menuturkan bahwa upaya untuk membantu masyarakat kecil perlu terus dikembangkan pemkot. Manfaat tersebut perlu segera diduplikasi di lokasi lain. Dengan begitu, warga yang masih tergolong MBR bisa segera terangkat. ’’Kalau ada yang bagus, tentu harus didukung. Terlebih untuk masyarakat kurang mampu. Mendirikan koperasi toko kelontong, misalnya,’’ kata Reni.
Namun, dia juga mengingatkan bahwa jangan hanya warga yang tinggal di rusunawa yang dibantu. Warga di daerah yang masih perlu pendampingan juga butuh perhatian. ’’Jangan sampai toko kelontong yang dia butuh intervensi pemkot tak tahu,’’ paparnya.