Jawa Pos

Kepala Sekolah, Guru, Politikus, dan Siswa Ikut Terlibat

Nusrat Jahan Rafi bisa beristirah­at dengan tenang. Orang-orang yang membakarny­a hidup-hidup April lalu sudah mendapat hukuman. Sebentar lagi mereka meregang nyawa di tiang gantungan.

- SITI AISYAH, Jawa Pos

KESEDIHAN masih menyelimut­i Mahmudul Hasan Noman. Kenyataan bahwa adiknya, Nusrat Jahan Rafi, meninggal dengan cara yang sadis membuatnya terluka. Luka itu sedikit terobati saat hakim Pengadilan Pencegahan Represi Perempuan dan Anak-Anak di Kota Feni, Bangladesh, Mamunur Rashid mengetukka­n palu putusan kemarin (24/10). Rashid menjatuhka­n hukuman mati kepada 16 pembunuh Rafi.

”Mereka semua ambil bagian dalam pembunuhan itu. Kini mereka harus menghadapi konsekuens­inya,” ujar Noman seperti dikutip Al Jazeera.

Siraj Ud Doula, kepala Sonagazi Islamia Senior Fazil Madrasa, sekolah Rafi, termasuk yang dijatuhi hukuman mati. Pelaku lainnya adalah dua politikus di partai penguasa Awami League, pegawai administra­si sekolah, dua guru, dan beberapa siswa. Sebanyak 12 pelaku mengaku bersalah. Sedangkan Doula dan tiga pelaku lainnya menolak putusan. Mereka akan mengajukan banding.

Nestapa Rafi dimulai 27 Maret lalu. Doula memanggil Rafi ke ruangannya, lantas menggeraya­ngi perempuan 19 tahun itu. Rafi bisa melarikan diri dan melapor ke polisi. Dia mengungkap bahwa siswi lain juga mendapat perlakuan serupa. Polisi yang bertugas sempat merekam Rafi dan mengatakan bahwa kejadian itu bukan masalah besar. Video tersebut bocor dan membuat para aktivis perempuan dan HAM berang.

Doula akhirnya ditahan. Tapi, dia tak Doula jera. Dia malah memerintah beberapa orang untuk membungkam Rafi dan memintanya mencabut laporan. Pada 6 April, Rafi ke sekolah untuk menjalani ujian akhir. Seorang siswi mengatakan kepadanya, ada anak yang dipukuli di atap sekolah. Dia meminta Rafi ikut ke atap.

Tanpa pikir panjang, Rafi ikut. Di atap sudah ada 4–5 orang yang memakai burqa. Mereka mengikat tangan dan kaki Rafi serta mengancamn­ya agar mau mencabut laporan terhadap Doula. Rafi menolak. Mereka akhirnya membakarny­a hidup-hidup. Kejahatan itu akan disamarkan sebagai tindakan bunuh diri.

Nasib berkata lain. Api membakar tali yang mengikat tangan dan kaki Rafi. Dia berhasil menuruni tangga dan melarikan diri. Kepada Noman, Rafi memaparkan apa yang terjadi dan siapa saja pelakunya. Noman merekamnya dan menjadikan­nya sebagai barang bukti ke polisi. Rafi yang mengalami luka bakar hingga 80 persen tak selamat. Empat hari pasca kejadian, dia meninggal dunia.

Kasus itu membuat geram banyak pihak. Perdana Menteri Syekh Hasina ditekan untuk lebih melindungi perempuan. Dia lalu memerintah 27 ribu sekolah di Bangladesh agar membentuk komite pencegah kejahatan seksual. Kasus Rafi langsung diproses.

Sebelum putusan keluar, rumah keluarga Rafi dijaga. Baik di luar maupun dalam. Ada ketakutan bahwa keluarga para pelaku akan membalas dendam. Rafi adalah sosok yang tidak biasa. Dia berani buka suara. Padahal, biasanya korban pelecehan seksual di Bangladesh memilih tutup mulut. Itu membuat budaya pelecehan terhadap kaum hawa kian merajalela.

Kasus Rafi menjadi titik balik. Sejak Doula ditangkap, ada lima guru lain di beberapa sekolah yang ditahan karena kasus pemerkosaa­n dan pelecehan terhadap siswanya. Lembaga HAM Mahila Parishad mengungkap­kan, pada semester pertama tahun ini, ada 731 insiden kekerasan seksual. Termasuk 592 pemerkosaa­n, 113 pemerkosaa­n beramai-ramai, dan 26 perempuan yang dibunuh setelah dilecehkan.

 ?? SAZZAD HOSSAIN/AFP ?? SUARA KEADILAN: Aktivis membawa foto Nusrat Jahan Rafi saat berdemo di Dhaka.
SAZZAD HOSSAIN/AFP SUARA KEADILAN: Aktivis membawa foto Nusrat Jahan Rafi saat berdemo di Dhaka.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia