Jawa Pos

Pertama di Surabaya dan Berbiaya Murah

Ratu Fitri berusaha mewujudkan sebuah makerspace bagi mereka yang membutuhka­n. Di sana masyarakat bisa saling berbagi, belajar, dan berdiskusi. Khususnya berlatih membuat kerajinan tangan.

-

HANAA SEPTIANA, Jawa Pos

RATU Fitri terkesan saat berkunjung ke kota-kota besar di Indonesia. Misalnya, Jabodetabe­k dan Jogjakarta. Di sana, ujar Fitri, komunitas dan penggiat ekonomi kreatif terwadahi. Mereka yang tidak memiliki cukup modal untuk berkreasi dapat meminjam dan berbagi barang di suatu tempat yang disebut makerspace.

Ratu kemudian terinspira­si untuk membuat wadah ekonomi kreatif itu di Surabaya pada Oktober 2018. ’’Alhamdulil­lah prosesnya lancar. Februari 2019 kirim proposal. Maret

2019 mulai dibangun. Mei sudah mulai bisa digunakan,’’ ucapnya. Ada beberapa lembaga yang diajak kerja sama. Antara lain, British Council dan Crona Academy. Termasuk beberapa komunitas di Surabaya.

Ratu percaya masyarakat Surabaya kreatif. Itu dibuktikan dengan banyaknya wirausahaw­an sukses dari Surabaya. Masalahnya, tidak semua memiliki modal untuk membeli bahan utama. Bukan hanya itu, mereka juga belum bisa sharing dengan para profesiona­l

J

’’Jadi, makerspace ini memang menyasar semua kalangan. Yang punya modal tapi bingung belajarnya seperti apa juga bisa ke sini,” ujar alumnus Jurusan Komunikasi Universita­s Airlangga tersebut.

Makerspace yang dinamai Substitute Makerspace itu menyediaka­n tiga ruang belajar utama. Yakni, ruang 3D printing, kerajinan kayu atau wood working, dan menjahit atau

sewing. Di sana mereka bisa belajar langsung dari para ahli. Alat-alatnya telah tersedia untuk dipinjam. Bahannya juga disediakan. Mereka bisa saling berbagi. ’’Itu yang utama. Kami juga menyediaka­n ruang diskusi,’’ ungkap pengusaha asli Surabaya tersebut.

Untuk menggunaka­n tempat itu, mereka tidak perlu mengeluark­an banyak biaya. Setiap orang hanya membayar membership

Rp 60 ribu per tahun. ”Jadi, nanti member bisa ikut semua event

yang kami helat. Rata-rata sepekan ada tiga acara,” tuturnya.

Substitute Makerspace melakukan uji coba pada Mei 2019. Selama empat bulan, makerspace

di kompleks AJBS World Jalan

Ratna itu digunakan sebagai tempat belajar membuat berbagai prakarya. Antara lain, hiasan dinding, plakat dari alat cetak 3D, dan sulam. Peserta berasal dari berbagai kalangan. Mulai anak-anak hingga paro baya. Awalnya, yang datang hanya warga di sekitar Ngagel. Kini peserta datang dari seluruh Surabaya. ’’Evaluasi ke depan, kami akan mengganden­g lebih banyak komunitas di Surabaya,’’ katanya.

Menurut Ratu, visi pendirian makerspace tersebut berdasar poin-poin sustainabl­e developmen­t goals (SDGs). Yakni, 17 poin pembanguna­n berkelanju­tan.

Antara lain, pendidikan, kesetaraan gender, dan perubahan iklim. ’’Jadi, ketika belajar satu materi, ya campur dengan berbagai kalangan, bahkan bersama teman-teman penyandang disabilita­s,’’ ujarnya.

Ketua Surabaya Creative Network Hafshoh Mubarak menyambut positif pendirian makerspace itu. Menurut dia, selama ini memang belum ada wadah untuk berkarya di Surabaya. ’’Di sini tidak hanya menyediaka­n wadah, kita bisa saling berbagi,’’ ungkap Hebs, sapaan akrabnya. Hebs berharap makerspace lain bisa didirikan di Surabaya.

 ?? SUBSTITUTE MAKERSPACE FOR JAWA POS ?? PRAKTIK LANGSUNG: Aktivitas lokakarya mendaur ulang kertas yang dihelat di Substitute Makerspace beberapa waktu lalu.
SUBSTITUTE MAKERSPACE FOR JAWA POS PRAKTIK LANGSUNG: Aktivitas lokakarya mendaur ulang kertas yang dihelat di Substitute Makerspace beberapa waktu lalu.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia