Ziarah Kenang Kejayaan Raja Jayabaya
Sungkem Bumi, Upacara untuk Hormati Leluhur Warga Desa Menang, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri, mempunyai tradisi untuk mengenang kejayaan Raja Jayabaya. Setiap Sura digelar arak-arakan sungkem bumi.
SUASANA sakral sangat terasa di area Petilasan Prabu Sri Aji Jayabaya di Desa Menang, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri. Lokasi petilasan dikelilingi banyak pohon beringin.
Di lokasi tersebut, warga menggelar upacara ziarah untuk mengenang kejayaan Raja Jayabaya. Bukan hanya upacara satu Sura. Di sana juga dilakukan upacara arak-arakan sungkem bumi.
”Di sini sering dipinjam untuk upacara. Salah satunya adalah sungkem bumi yang dilakukan Gusti Pangeran Haryo Puger dari Keraton Surakarta,” tutur Mbah Suratin, salah seorang juru kunci sendang Tirta Kamandanu di Petilasan Prabu Sri Aji Jayabaya. Namun, pada dasarnya, ungkap dia, setiap 1 Sura warga Desa Menang melakukan upacara Suroan. Dalam prosesi ritual tersebut, mereka menggunakan tata cara dan perlengkapan seperti upacara tradisional yang diselenggarakan di Keraton Jogjakarta. Mulai busana, mahkota Sri Aji Jayabaya, rangkaian pusaka, payung susun dan tidak susun, hingga gamelan.
Upacara itu diadakan sejak 1976. Diawali arak-arakan dari Balai Desa Menang menuju petilasan pamoksan Prabu Sri Aji Jayabaya. ”Setelah selesai, rombongan kirab bertolak menuju Sendang Tirta Kamandanu,” imbuhnya. Dalam penyelenggaran tersebut, terdapat syarat wajib untuk pembawa bokor. Yakni, harus dibawa belasan gadis belia. Sebanyak 16 remaja tersebut adalah perempuan yang belum menstruasi atau haid. ”Sehingga dalam keadaan masih suci,” tutur Suratin. Setelah ritual pertama di petilasan
Jayabaya, rombongan peserta bertolak menuju Sendang Tirta Kamandanu. Yang tidak kalah unik adalah peserta atau rombongan itu harus berjalan tanpa alas kaki.
Tempat bermula acara di balai desa menuju ke sendang tersebut diperkirakan 2 kilometer. Sesampainya di sendang, rombongan yang berjumlah ratusan orang itu disambut dengan karpet merah. Begitu memasuki tempat ritual, semua peserta khidmat dalam hening.
Acara pun dilanjutkan dengan kegiatan tabur bunga di taman kaputren sebelah utara Sendang Tirta Kamandanu. Yang bertugas menaburkan bunga adalah 16 remaja yang masih suci tersebut.
Mereka berjalan jongkok sambil mengitari petilasan sembari menyebarkan beras kuning. Satu per satu bergantian berjalan jongkok dengan anggun.
Setelah semua prosesi selesai, peserta pun mulai meninggalkan tempat ritual dengan khidmat. Lalu, warga berganti merangsek masuk untuk ikut prosesi ngalap berkah.