Mau Timnas Bagus? Benahi Kompetisi Dulu
Prestasi timnas senior tengah disorot. Bukannya semakin baik setiap tahun, yang terjadi malah sebaliknya. Kian jeblok. Padahal, di level usia muda, torehan Garuda Muda cukup menjanjikan.
BERBAGAI catatan membanggakan ditorehkan timnas kelompok umur (KU) Indonesia. Di antaranya, pada 2018, trofi juara diberikan timnas U-16 pada ajang AFF Cup U-16. Bahkan, tim asuhan Fakhri Husaini tersebut hampir saja melangkah ke Piala Dunia U-17 di Peru. Kemudian, pada awal tahun ini, giliran timnas U-22 yang memberikan gelar AFF Cup.
Lalu, kapan timnas senior akan membanggakan? Dalam satu dekade ini, Indonesia mentok finis sebagai runnerup. Kali terakhir Indonesia menyabet trofi pada 2008. Itu pun cuma trofi di ajang bertajuk Piala Kemerdekaan. Padahal, prestasi timnas senior menjadi tolok ukur posisi Indonesia di ranking FIFA.
Lantas, apa yang membuat prestasi timnas senior merosot? Dalam diskusi PSSI Harus Baik Vol 2, Berubah atau Bubrah! Rabu lalu (23/10), tiga calon ketua umum PSSI, yakni Vijaya Fitriyasa, Arif Putra Wicaksono, dan Sarman El Hakim, mencoba membedah masalah tersebut.
Kompetisi menjadi salah satu faktor penting. Jadwal kompetisi pasti menjadi sorotan. Namun, itu hanya muaranya. Masalah utama terletak pada pengelolaan. Saat ini, Liga 3 Nasional hingga Liga 1 dipegang PT LIB. Imbasnya, seperti ada kesenjangan dan terkesan mengistimewakan Liga 1.
Namun, pengelolaan Liga 1 pun jauh dari kata sempurna. Vijaya Fitriyasa mengungkapkan gagasannya untuk pembenahan pengelolaan kompetisi di Indonesia. ”Menurut saya, pengelolaan kompetisi harus dipisah ya. Antara Liga 1, 2, dan 3 Nasional. Sehingga tidak ada yang dianaktirikan. Bisa fokus semua,” kata pria yang juga owner Persis
Solo tersebut.
Gagasan lain dikemukakan calon ketua PSSI lainnya, Arif Putra Wicaksono. Menurut dia, selain pengelola kompetisi, klub pun harus berbenah. ”Di Indonesia ini masih banyak tim yang belum sesuai dengan standar FIFA. Memang untuk negara di golongan ketiga ada kelonggaran. Namun, bukan berarti harus selalu seperti itu,” jelas Arif.
”Jika secara finansial dan empat elemen lain yang sesuai dengan standar FIFA bisa dipenuhi, pasti untuk menjalankan kompetisi pun akan lebih baik,” imbuh CEO Nine Sport tersebut.
Selain itu, kualitas pelatih di Indonesia cukup berpengaruh. Saat ini, di Indonesia, pelatih yang berlisensi A Pro baru 20-an. Itu pun baru ada tahun ini. Jauh berbeda dengan di Spanyol yang mencapai 3.000 pelatih.
”Seharusnya PSSI bisa bekerja sama dengan pemerintah untuk mendapatkan beasiswa sertifikasi bagi pelatih. Karena biaya kursus kepelatihan kan nggak murah. Sebenarnya pemerintah punya program LPDP, itu bisa digunakan,” beber Vijaya.
”Nantinya, mantan pemain timnas akan diseleksi. Yang layak akan mendapat beasiswa itu. Setelah lulus, bisa disebar ke Liga 1, 2, bahkan 3. Kalau nggak bisa di ketiganya, ditaruh di akademi. Jadi, kualitasnya merata,” imbuhnya.
Di sisi lain, soal kualitas pelatih, Arif punya pandangan lain. Arif lebih percaya sister club menjadi salah satu cara jitu untuk meningkatkan kualitas pelatih di Indonesia. ”Ini berlaku untuk semua klub. Jadi, setiap klub mengirimkan tactical director untuk mendampingi tim. Ini berlaku levelnya harus dari tim muda sampai tim senior,” tegas Arif.
SURABAYA, Jawa Pos – Satu lagi pilar Persebaya Surabaya yang mungkin absen melawan PSS Sleman (29/10). Gelandang Aryn Williams mengalami gangguan di lutut kanan.
Pemain asal Australia itu kemarin berlatih secara terpisah di Stadion Gelora Delta, Sidoarjo. Kecil peluang dia bisa tampil kontra PSS (29/10). Pelatih Persebaya Wolfgang Pikal merasa sudah terbiasa dengan kondisi tersebut. ’’Setiap pekan sama, selalu ada pemain yang absen. Tapi harus kami hadapi,’’ kata Pikal.
Di lini belakang, bek Otavio Dutra juga diragukan tampil. Dia malah belum bergabung dalam latihan. Dutra menderita cedera engkel. Meski begitu, Pikal menunggu kondisi pemain naturalisasi tersebut. ’’Dutra masih menjalani terapi. Tapi, dia minimal punya peluang tampil 60 persen,’’ tambah pelatih berdarah Austria itu.
Selain Aryn dan Dutra, ada Osvaldo Haay yang juga dipastikan menepi. Dia menjalani terapi di Jayapura. Untungnya, tidak ada pemain yang terkena akumulasi kartu. ’’Sudah saya cek di PT LIB, tidak ada yang absen karena akumulasi saat lawan
PSS,’’ ujar Sekretaris Persebaya
Ram Surahman.
Dalam laga kontra Persela Lamongan (23/10), ada empat pemain yang mendapat kartu kuning. Mereka adalah Abu Rizal, M. Hidayat, Aryn Williams, dan Hansamu Yama.
Pikal berharap, anak asuhnya bisa bangkit. Dalam latihan kemarin, dia sudah mulai menyentuh taktikal. Hanya, waktu latihan sedikit berbeda. Sebab, latihan digelar pukul 14.00. Padahal, biasanya latihan dimulai pukul 15.30 WIB. Praktis, pemain berlatih dalam cuaca yang cukup terik. Bahkan, suhu sempat menunjukkan angka 34 derajat Celsiun. Meski begitu, cuaca panastakmenjadimasalah. Pikal menyebut kondisi fisik anak asuhnyacukupbagus. ’Saya tidak pernah mempermasalahkan (kondisi)fisik.Tapi,inisoalmental,’ ucap pelatih 51 tahun itu. Menurut dia, kondisi mental pemainnya harus segera dikerek. Terutama untuk menjaga performa setelah unggul. ’’Kami sering unggul di babak pertama, tapi kemudian hilang fokus,’’ katanya. UcapanPikaltepat.Diantara33gol Persebaya pada Liga 1 musim ini, 20 gol dicetak pada babak pertama. Itu berarti secaraagresivitassudahbagus. Hanya, pemainnya kurang fokus menjaga keunggulan.
Karena itu, Pikal meminta pemain segera berbenah. ’’Presiden sudah beri warning. Pemain tidak boleh loyo, harus ikuti instruksi. Mereka harus bisa main maksimal. Soal hasil, kalah, imbang, atau menang, itu sudah biasa dalam sepak bola,” tutur Pikal.
Dia berharap, mental tak kenal menyerah kian tertancap pada anak asuhnya. Apalagi, PSS sedang dalam tren positif. Mereka belum pernah menelan kekalahan dalam empat laga pemungkas. Meraih dua kemenangan dan dua hasil imbang. ’’Saya mau lihat mentalitas anakanak. Harus dibuktikan di lapangan bahwa mereka masih mau main untuk Persebaya musim depan,’’ terang Pikal.