Tangis Haru saat Nonton Film Susi
SURABAYA, Jawa Pos – Berusaha bertahan dengan amunisi apa adanya. Seperti itulah anggapan pakar transportasi dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Machsus menilai kondisi angkot saat ini. ’’Banyak faktor yang menjadi penyebabnya,’’ ujarnya kemarin (26/10).
Pertama, kondisi armada yang kurang layak. Problem lainnya, banyak rute yang belum menyasar wilayah di Surabaya. Kalaupun ada, penumpang harus oper beberapa armada. ’’Akhirnya beban biaya penumpang jadi bertambah,’’ ucapnya.
Selain itu, waktu tunggu penumpang angkot lama. Padahal, lanjut dia, berdasar surat edaran Kementerian Perhubungan (Kemenhub), waktu tunggu paling lama 10 menit. ’’Saat ini waktu ngetemnya bisa melebihi ambang batas tersebut. Ini membuat masyarakat enggan naik angkot,’’ tuturnya.
Solusinya, operator dan regulator harus bertemu. Dengan kata lain, pengelola jasa angkot dan dinas mempunyai wewenang untuk bisa duduk bersama. Machsus menyatakan, angkot merupakan masalah yang serius. ’’Jika dibiarkan, angkot bisa hilang,’’ paparnya.
Sebenarnya, pemkot punya modal besar untuk menghidupkan angkot yang mulai redup. Caranya, mengoneksikan angkot dengan moda transportasi lainnya. Suroboyo Bus, misalnya. ’’Kalau bisa terkoneksi, kan enak. Jadi, turun dari bus bisa naik angkot menuju lokasi,’’ ucap kepala Departemen Teknik Instruktur Sipil Fakultas Vokasi ITS tersebut.
Machsus juga menyarankan pembuatan sistem tiket terintegrasi. Contohnya, warga Benowo yang hendak ke Kenjeran. Mereka cukup membayar satu tiket untuk sampai ke lokasi. ’’Tapi juga harus ada kepastian jadwal keberangkatannya,’’ paparnya.
Mekanisme itu sebagaimana yang sudah berlangsung di negara maju. Di Malaysia dan Singapura, banyak warga yang
Penyebab Angkot Tak ’’Laku’’
Tidak terkoneksinya rute angkot dengan moda transportasi lain. Jarak tunggu terlalu lama. justru menggunakan transportasi masal karena lebih murah. Kondisi tersebut berbeda dengan di Surabaya. ’’Ini tantangan besar bagi wali kota berikutnya,’’ jelasnya.
Dewan Pimpinan Cabang Federasi Serikat Pekerja Transnport Indonesia (F-SPTI) Moch. Subekti mengatakan, penurunan armada secara signifikan berdampak pada matinya trayek angkot di beberapa wilayah. ’’Ada 11 trayek yang kini sudah tidak lagi beroperasi,’’ paparnya kemarin siang (26/10).
Kalaupun angkot masih beroperasi, kata Machsus, kondisinya cukup memprihatinkan. Jika dibiarkan, mereka bisa gulung tikar. Karena itu, pihaknya berharap pemkot secepatnya memberikan kemudahan subsidi bantuan agar angkot tidak punah. ’’Salah satunya kemudahan dalam mengurus izin armada angkot yang sudah mati,’’ katanya. Karena itu, sopir juga membutuhkan wadah berupa koperasi. ’’Sebab, mengurus surat tidak boleh atas nama perseorangan,’’ lanjutnya.
Penumpang harus mengeluarkan biaya lebih banyak dibanding transportasi online.
SURABAYA, Jawa Pos – Christine Calista beberapa kali menghapus air matanya. Terutama saat adegan Susi Susanti memenangkan emas dalam ajang Olimpiade pada 1992. ’’Terharu banget lihat perjuangannya Susi sekeras itu demi keluarga dan bangsanya,’’ kata mahasiswa Desain Komunikasi Visual Universitas Kristen (UK) Petra itu.
Dia mengaku sebelumnya hanya mengetahui Susi Susanti adalah legenda bulu tangkis. Dia tak terlalu mengetahui kisah di balik kesuksesan istri Alan Budikusuma tersebut. ’’Setelah nonton film ini, jadi refleksi ke diri sendiri. Sejauh apa sudah berjuang. Jauh banget kalau dibandingkan dengan Susi,’’ tuturnya.
Christine merupakan satu di antara 234 peserta nonton bareng (nobar) film Susi Susanti: Love All di XXI Grand City kemarin (26/10). Dalam acara yang diselenggarakan UK Petra itu, Daniel Mananta dan Laura Basuki turut hadir.
Film Susi Susanti: Love All bergenre drama. Film tersebut diproduseri langsung oleh aktor sekaligus presenter Daniel
Mananta. Dia ternyata memiliki keinginan untuk membuat film tentang Susi Susanti sejak tujuh tahun lalu. Dia terinspirasi ketika Susi menceritakan perjuangannya.
’’Baru keturutan tahun ini karena ingin sekalian yang berstandar internasional. Jadi, pemilihan tim agak lama,’’ papar pemilik rumah produksi film Damn! I Love Indonesia movies itu.
Daniel juga mengungkapkan keinginannya agar penonton mengambil nilai moral cinta tanah air dari film tersebut. Dia menyatakan, masih banyak orang Indonesia yang malu terhadap negara mereka sendiri. ’’Berarti, itu belum cinta tanah air,’’ katanya. Dia pun mengajak penonton untuk meresapi rasa cinta Susi terhadap Indonesia walau Susi sempat sulit mendapatkan status warga negara Indonesia.
Aktris yang dipercaya memerankan Susi Susanti, Laura Basuki, membenarkan ucapan Daniel. Dia bangga ketika dipercaya memerankan Susi. Menurut Laura, sosok Susi belum tergantikan hingga kini. ’’Diremehkan dan dapat ujian berkali-kali itu enggak mudah,’’ ujarnya.