Gejolak Syria Belum Reda
DAMASKUS, Jawa Pos – Kematian Pemimpin ISIS Abu Bakar Al Baghdadi atau perjanjian damai antara Rusia dan Turki belum menyelesaikan masalah. Kenyataannya, konflik bersenjata di Rojava kembali terjadi kemarin (29/10). Turki kembali menyerang kota-kota yang dulu dikuasai Kurdi dan Syrian Democratic Forces (SDF) setelah gencatan senjata usai.
Syrian Observatory for Human
Rights mengatakan, pertempuran antara pasukan Turki dan tentara rezim Bashar Al Assad pecah di Kota Assadiya, Syria. Kota tersebut berbatasan dengan selatan Kota Ras Al Ain, wilayah yang sudah diamankan oleh tentara Presiden Recep Tayyip Erdogan.
”Saat ini mereka menembakkan artileri dan senapan mesin. Akibatnya, lima personel militer rezim Syria meninggal,” terang Kepala Syrian Observatory Rami
Abdel Rahman kepada Agence France-Presse.
Selain itu, personel Free Syrian Army, kelompok militan proAnkara, dikabarkan baru saja mengeksekusi tentara pemerintah yang mereka tangkap.
Awal bulan ini pasukan Kurdi setuju untuk mundur dari perbatasan sepanjang 120 kilometer. Beberapa pekan kemudian mereka juga terpaksa menyetujui mundur dari buffer zone semua perbatasan sepanjang 440 kilometer. Buffer zone yang dimaksud adalah wilayah sejauh 30 kilometer dari garis perbatasan utara Syria.
Turki sudah memberikan peringatan. Menurut perjanjian Sochi, tentara Syria dan Rusia harus mengevakuasi seluruh pasukan YPG alias People’s Protection Units dari buffer zone pukul 18.00 kemarin (29/10). Namun, pemerintah Turki menyatakan bahwa YPG tetap bertahan.
Pertempuran (melawan terorisme) belum berakhir. Kami sangat sadar soal itu.”
HULUSI AKAR
Menteri Pertahanan Turki