Yakin Bisnis Sepak Bola Bisa Mendatangkan Keuntungan
Banyak yang bilang, mengurus sepak bola di Indonesia sama saja ’’membakar uang’.’ Vijaya Fitriyasa tak menggubrisnya. Sudah adem ayem dan sukses di bisnis penyewaan kapal tanker, dia malah terjun ke dunia bola. Bahkan, saat ini sudah menjadi pemegang saha
FARID S. MAULANA, Jawa Pos
KETIKA masih duduk di bangku sekolah, banyak teman seusianya yang memilih memainkan game Winning Eleven untuk console PlayStasion 1. Vijaya Fitriyasa justru memilih game Football Manager di PC. Game yang mengelola sebuah klub.
’’Ya, dulu main itu. Ngumpulin uang di game itu. Ketika banyak beli klub, pemain, dikelola sampai beli stadion,’’ ujarnya. Dia sangat menggandrungi game tersebut. ’’Makanya saya sekarang beli klub sepak bola, suka mengelolanya,’’ lanjutnya.
Ya, nama pria yang pernah menempati jabatan bendahara umum di Dewan Tani Indonesia itu barubaru ini menjadi buah bibir di kalangan pencinta sepak bola Indonesia setelah mengakuisisi Jakarta Timur FC dan mengubahnya menjadi Jakarta United serta membeli 70 persen saham Persis Solo.
Dia juga memutuskan maju sebagai calon ketua umum PSSI untuk kongres 2 November mendatang.
Sebuah akselerasi yang cukup cepat untuk sosok yang selama ini dikenal sebagai pebisnis itu. Hal yang menurut Vijaya sebelumnya tidak pernah ada dalam pikirannya.
Selain gara-gara menyukai game Football Manager, alasan dirinya menerjuni dunia bola adalah melihat keuntungan finansial yang besar. Vijaya melihat masa depan bisnis sepak bola di Indonesia cukup bagus. ’’Ada tiga indikasi yang membuat saya yakin bisnis di sepak bola bisa sangat menguntungkan,’’ ungkapnya.
Indikasi pertama adalah banyaknya stadion baru ataupun yang direnovasi di Indonesia. Stadion berkapasitas cukup besar sehingga bisa menampung banyak penonton. ’’Indikasi kedua, penonton sepak bola Indonesia ini salah satu yang tertinggi di dunia. Indikasi ketiga adalah ekonomi masyarakat Indonesia yang jauh lebih baik,’’ tuturnya.
Kombinasi tiga indikasi itulah yang sangat diyakini bisa mendatangkan peluang meraup keuntungan. Dia juga melihat pencinta sepak bola tanah air jauh berubah jika dibandingkan dengan 10 tahun ke belakang. Para suporter sudah aktif ’’membantu’’ keuangan tim. Tiket pertandingan dibeli hingga merchandise klub menjadi jajanan sehari-hari. ’’Ambil contoh, Persija kalau main di GBK dengan kapasitas penonton full, pemasukannya bisa Rp 7 miliar. Itu salah satu alasan saya tertarik terjun ke bola,’’ ungkapnya.
Namun, pria yang punya darah Palembang itu menuturkan, bisnis di sepak bola bisa sukses dengan berbagai syarat. Salah satunya, harus ada pengelolaan yang baik dan profesional. ’’Kalau itu sudah dijalankan, biaya operasional klub satu musim bisa tertutup dengan pendapatan dari penjualan tiket dan merchandise, plus pemasukan dari sponsor. Jauh lebih cukup bahkan,’’ terangnya.
Khusus Persis, Vijaya bahkan berencana melakukan kontrak jangka panjang untuk Stadion Manahan, Solo, sebagai home base. Mirip yang dilakukan Bali United di Stadion Kapten I Wayan Dipta. ’’Tapi, tergantung pemdanya mengizinkan apa tidak. Harapan saya dapat,’’ tuturnya.
Jika Persis masuk Liga 1, Vijaya juga akan meniru hal lain dari Bali United. Yakni, melakukan IPO untuk saham Persis. Dia ingin suporter Persis dan masyarakat ikut memiliki saham Laskar Samber Nyawa. Layaknya klub-klub di Eropa dan negara maju lainnya. ’’Sekarang banyak yang bilang orang klub itu-itu saja. Saya ingin mengubah itu. Kalau bikin IPO, suporter bisa jadi pemegang saham. Berhak menentukan masa depan klub,’’ ujarnya.
Saking pedenya akan untung, Vijaya optimistis balik modal musim depan. Setelah itu, dia tinggal memetik hasil dari usahanya. ’’Ini musim pertama saya masih rugi. Musim depan insya Allah untung,’’ paparnya.