Jawa Pos

Peringati Hari Santri dan Sumpah Pemuda

-

SURABAYA, Jawa Pos – Di PW NU Jawa Timur Sumpah Pemuda diperingat­i dengan istighotsa­h, salawat, serta doa bersama kemarin malam (29/10). Dalam acara bertajuk Malam Tirakatan Resolusi Jihad-Haul Para Syuhada dan Pahlawan itu, dijadwalka­n hadir para tokoh. Di antaranya, Gus Muwaffiq dari Jogjakarta, Ketua PW NU Jawa Timur KH Marzuki Mustamar, Gus Reza dari Ponpes Lirboyo Kediri, Guz Zaki yang merupakan cucu KH Hasyim Asyari sekaligus ketua PW RMI NU Jawa Timur, serta Kepala Bappeko Surabaya Eri Cahyadi.

Selain istighotsa­h, salawat, serta doa untuk para syuhada dan pahlawan, acara tersebut dirangkai dengan pembacaan teks Resolusi Jihad. Resolusi Jihad itulah salah satu yang membakar semangat arek-arek Suroboyo untuk berani melawan penjajah. Ada pula pembacaan ikrar santri dan ceramah kebangsaan.

Muhammad Ainul Mubarok atau Gus Barok, koordinato­r lapangan acara tersebut, mengungkap­kan, acara itu juga dihadiri berbagai majelis yang tersebar di berbagai wilayah di Jawa Timur. Di antaranya, Majelis Attaufiq Madura dan Majelis Syubbanul Muslimin Paiton Probolingg­o. ’’Para kiai, bu nyai, gus, serta lora se-Jawa Timur juga insya Allah hadir,’’ ujar Gus Barok.

Kepala Bappeko Eri Cahyadi menuturkan, ada banyak pelajaran yang bisa diambil dari peringatan Hari Santri yang juga mengambil semangat Resolusi Jihad. Sebab, Resolusi Jihad itu menjadi salah satu pemicu perlawanan sengit rakyat Indonesia terhadap tentara sekutu pada 10 November.

’’Resolusi Jihad diawali dari pertemuan Bung Karno dan Mbah Hasyim (KH Hasyim Asyari) di Pondok Pesantren Tebu Ireng. Bung Karno bertanya, lebih tepatnya minta fatwa, bagaimana umat Islam menyikapi kehadiran tentara Inggris,’’ katanya.

Eri menjelaska­n, pertemuan antara Bung Karno dan Mbah Hasyim tersebut menandai momen paling bersejarah yang memicu perang besar 10 November. Sebab, saat itu dia sejatinya meminta bantuan, tetapi dengan cara meminta fatwa. ’’Umat Islam jihad fi sabilillah untuk NKRI. Ini perintah perang, begitu kata Mbah Hasyim yang kemudian diikuti Laskar Sabilillah dan Laskar Hisbullah dan para kiai dan santri tak terbendung lagi melawan sekutu di Surabaya,’’ ungkap Eri.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia