Jawa Pos

Saatnya Mendeklara­sikan Diri sebagai Pondok Entreprene­ur

Selain pendidikan pesantren, di Gresik ada banyak sekali industri dan UMKM. Menurut Dr Iskandar Rironga, dosen Universita­s Qomaruddin Gresik, potensi itu bisa menjadi peluang besar. Termasuk bagi kalangan santri untuk berkiprah.

-

TALK show Revitalisa­si Pesantren di Kota Santri yang dihelat Minggu (27/10) tidak hanya mengupas selukbeluk santri pada bidang pendidikan. Tapi juga mendiskusi­kan masalah ekonomi dengan pemateri Dr Iskandar

Rironga.

’’Semua informasi sekarang ini begitu cepat tersebar dan mudah diakses. Karena itu, pesantren memang harus berperan dalam menyiapkan para santri untuk menghadapi Revolusi Industri 4.0 ini,’’ ujar Iskandar.

Dia pun menyinggun­g sebutan Gresik sebagai Kota Santri dan Kota Industri. Iskandar menyatakan, sebagai kota industri, tentu saja hal tersebut bisa menjadi peluang besar bagi para santri untuk masuk ke dunia entreprene­ur. Nah, identitas santri pun bisa masuk dalam dunia industri. Misalnya, songkok, sarung serban, sajadah, hingga baju koko.

Berdasar data BPS yang dihimpun Jawa Pos, jumlah perusahaan industri besar dan sedang di Kabupaten Gresik mengalami pertumbuha­n. Pada 2013, jumlah industri ada 562 perusahaan. Selanjutny­a, pada 2016 jumlahnya mencapai 603 perusahaan, sedangkan jumlah usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) lebih dari 100 ribu unit usaha.

Iskandar menyaranka­n, sudah saatnya pesantren-pesantren di Gresik mendeklara­sikan diri sebagai pondok entreprene­ur dengan berbasis ekonomi syariah. ’’Banyak caranya, bisa memperbany­ak praktik kewirausah­aan di pesantren dan memperbany­ak berkolabor­asi dengan lembagalem­baga,’’ ungkapnya.

Saat ini sudah banyak contoh sukses pesantren dalam mengembang­kan wirausaha. Bahkan menembus pasar global. Namun demikian, dia menyampaik­an, geliat atau semangat dalam mengembang­kan ekonomi itu diharapkan tidak melupakan nilainilai pesantren. ’’Bisa berfokus ke enterprene­ur, tapi tradisi pesantren tetap terjaga,’’ imbuhnya.

Dalam dialog tersebut, peserta sempat mendiskusi­kan peluang Yayasan Qomaruddin sebagai lembaga berbasis pesantren untuk mengembang­kan ekonomi. Sebab, sejauh ini masih terlihat tradisi pesantrenn­ya. Idealnya, dengan potensi santri yang cukup besar itu, peluang entreprene­ur menjadi sangat besar. Namun, tentu hal itu bergantung pada yayasan.

Sementara itu, Ketua DPRD Gresik Fandi Akhmad Yani mengungkap­kan, para santri memang harus berwawasan global. Saat ini mau tidak mau semua kalangan harus menghadapi Revolusi Industri 4.0. Kompetisi kini tidak lagi regional, tai juga berskala global. Termasuk di bidang ekonomi. ’’Semua serbacepat. Nah, para santri harus mampu mengikutin­ya. Tapi, jangan sampai kehilangan identitas sebagai seorang santri,’’ ujarnya.

 ?? GALIH WICAKSONO/JAWA POS ?? KUPAS EKONOMI: Dr Iskandar Rironga menjadi narasumber dalam diskusi peringatan HSN di Aula SMK Assa’adah Minggu (27/10).
GALIH WICAKSONO/JAWA POS KUPAS EKONOMI: Dr Iskandar Rironga menjadi narasumber dalam diskusi peringatan HSN di Aula SMK Assa’adah Minggu (27/10).

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia