Dinkes Surabaya Inovatif Cegah Karies Gigi
Helat Pemeriksaan Rutin, Galakkan Lomba Poster dan Yel-Yel Sehat
PEMERINTAH Kota (Pemkot) Surabaya secara intens memantau tumbuh kembang dan kesehatan anak lewat program-program tepat sasaran. Penyakit karies gigi merupakan salah satunya. Berbagai program dan pemeriksaan rutin terus dilakukan untuk mencegahnya. Namun, butuh kerjasama semua pihak bersama-sama untuk menjaga kesehatan rongga mulut.
Karies gigi merupakan penyakit infeksi yang merusak struktur jaringan keras gigi. Tanda awalnya adalah gigi berlubang. Penyakit itu sering ditemukan pada anak usia di bawah lima tahun karena pola asuh yang kurang tepat. Di antaranya memberi makan atau minum di malam hari saat mendekati waktu tidur. Mengonsumsi makanan atau minuman bersifat manis atau lengket juga menjadi beberapa penyebab.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Febria Rachmanita pun mencermati beberapa dampak buruk kesehatan gigi dan mulut jika tidak diperhatikan. Terutama pada anak usia dini. Penyakit tersebut berisiko menyebabkan nyeri, kematian saraf gigi (nekrose), infeksi periapikal, dan infeksi sistemik yang bisa membahayakan penderita.
”Penyakit ini juga sangat rentan menyebabkan stunting. Yakni, suatu kondisi di mana balita memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan umurnya,” ungkap Febria.
Sebaliknya, penanganan yang baik dapat mempercepat proses bicara pada anak dan menumbuhkan rasa percaya diri anak. Bahkan, pertumbuhan dan perkembangan gigi anak secara permanen pun dapat terbantu. ”Makanya, kami melakukan berbagai program untuk menanggulangi penyakit ini,” ujar Febria.
Beberapa program tersebut di antaranya adalah semakin gencar sosialisasi tentang kesehatan gigi dan mulut. Media yang dipakai adalah poster, leaflet, lembar balik gigi, dan phantom. Sosialisasi dan penyuluhan kesehatan gigi serta mulut pada masyarakat umum, orangtua siswa, kader balita, guru Paud, kelompok bermain (KB), TK dan SD juga intens dilakukan.
”Kami juga membuat program jejaring dengan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga. Biasanya dalam bentuk pelatihan kesehatan gigi dan mulut secara visual, sesuai standar bagi guru Paud, KB, TK, dan SD,” papar Febria.
Febria memastikan dinas kesehatan rutin memeriksa kesehatan gigi dan mulut. Baik dalam rangka memasuki tahun ajaran baru bagi peserta didik baru, maupun rutin dilaksanakan setahun sekali untuk kelas yang sedang berjalan. Selain pelajar, ibu hamil juga menjadi sasaran pemeriksaan gigi. Sebab, Pemkot Surabaya ingin mencegah penyakit karies sejak dini.
Para guru pun harus bergerak cepat ketika menemui salah satu muridnya menderita penyakit karies gigi. Langkah pertama adalah membawa mereka ke puskesmas terdekat. Anak tersebut akan mendapat pengobatan gigi dan mulut secara gratis di Puskesmas.
Tindakan pencegahan yang inovatif juga terus diwujudkan Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya. Salah satunya adalah membuat inovasi pemicuan karies gigi bagi anak-anak TK A. Ada pula lomba poster dan yel-ye1 gigi sehat pada anak sekolah dasar (SD). Hal itu penting untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman anak
SD atau yang sederajat tentang kesehatan gigi dan mulut.
”Lomba ini juga untuk meningkatkan kreativitas anak didik dalam membuat alat peraga, khususnya poster dan yelyel (gerak serta lagu) kesehatan gigi dan mulut. Acara ini sudah kami gelar beberapa waktu lalu,” ungkap Febri.
Berdasar data Dinkes Surabaya, karies gigi menempati posisi ketujuh dari 10 penyakit yang paling banyak dikeluhkan masyarakat di puskesmas. Dengan upaya Pemkot Surabaya, serta dukungan para pihak dan masyarakat, angka penyakit karies gigi diharapkan terus menurun.