Kemarau Panjang Pengaruhi Produksi
SURABAYA, Jawa Pos – Produktivitas perkebunan kopi bergantung musim. Kemarau panjang tahun ini akan memengaruhi panen tahun depan. Diperkirakan, hasil panen kopi 2020 bakal 5–10 persen lebih sedikit jika dibandingkan dengan tahun ini. Meski demikian, para eksporter optimistis kinerja ekspor tahun depan tetap bagus.
’’Kalau produksi tahun ini 70 ribu (ton), tahun depan menjadi 66–67 ribu ton,’’ ucap Sekretaris Gabungan Eksportir Kopi Indonesia Jatim Ichwan Nursidik kemarin (31/10). Namun, susutnya panen karena kemarau panjang tidak serta-merta mengurangi arus ekspor biji kopi. Karena itu, asosiasi tetap menargetkan pertumbuhan. Jika tahun ini volume ekspor 63 ribu ton, tahun depan diproyeksikan menjadi 70 ribu ton.
Mengapa demikian? ’’Banyak eksporter kopi Jatim yang mendapat pasokan dari luar Jatim,’’ kata Ichwan. Karena itu, menargetkan pertumbuhan ekspor bukanlah hal yang mustahil.
Saat ini, pasar dominan ekspor biji kopi Indonesia adalah Amerika Serikat (AS). Disusul Jerman,
Jepang, Italia, dan Rusia. Namun, selain lima pasar tetap yang disebut pasar tradisional itu, biji kopi Indonesia juga diekspor ke beberapa negara yang merupakan emerging market. Di antaranya, Tiongkok, Eropa Timur, Timur Tengah, dan Afrika. ’’Ekspor ke negara non tradisional ini masih rendah. Meski begitu, trennya terus meningkat,’’ papar Ichwan.
Demi mendorong ekspor biji kopi, para eksporter menerapkan sejumlah strategi. Salah satunya, meningkatkan luas area perkebunan kopi jenis arabica single origin atau specialty coffee. Selain itu, mereka melakukan intensifikasi kopi robusta. ’’Pengolahan pascapanen yang tepat juga dapat meningkatkan nilai jual biji kopi,’’ tuturnya.
Berbeda dengan para eksporter yang optimistis bisnis tetap bagus tahun depan, Asosiasi Petani Kopi Indonesia (Apeki) Jatim gelisah. Kemarin, Ketua Apeki Jatim Bambang Sriono mengatakan bahwa penurunan volume panen tidak terelakkan. Sebab, kemarau tahun ini berlangsung sangat lama. ’’Petani hanya bisa pasrah,’’ ujarnya.