Mulai Berani Pasang Target Tinggi
Praveen/Melati setelah Juara Tur Eropa
JAKARTA, Jawa Pos – Ada yang berbeda dari pembawaan Praveen Jordan dan Melati Daeva Oktavianti setelah menjuarai Denmark Open dan French Open 2019. Tak hanya lebih ceria, aura yang ditunjukkan pasangan itu juga lebih akrab dan positif. Praveen maupun Melati lebih sering menebar senyum.
Dua hari setelah kepulangan mereka ke Indonesia, kemarin (31/10) para pemain menjalani sesi latihan perdana di pelatnas Cipayung. Hanya ada Melati yang hadir dalam latihan pagi itu. Praveen tidak terlihat batang hidungnya. Dia baru muncul setelah latihan berakhir. Masih capek dan baru bangun, kata Praveen. Tetapi, kali ini, hal itu tidak dipermasalahkan pelatih kepala ganda campuran Richard Mainaky.
Ditemui secara terpisah, Melati maupun Praveen mengaku lega. Hampir dua tahun berpasangan, akhirnya mereka bisa meraih gelar. Dari dua turnamen bergengsi pula. ’’Aku benar-benar senang banget. Biasanya runner-up terus, akhirnya tembus. Jadi lebih plong, enjoy, dan makin percaya diri,’’ tutur Melati, lantas tersenyum. Memamerkan gingsulnya yang manis.
Kemenangan di Denmark terasa spesial. Selain menjadi gelar perdana, itu pembuktian buat Pramel (sebutan Praveen/Melati). Mereka bisa menaklukkan pasangan Tiongkok yang kini masih mendominasi ganda campuran dunia. Zheng Siwei/Huang Ya Qiong dan Wang Yi Lyu/Huang Dong Ping pun dilewati. Dan itu bukan kebetulan. Sebab, Zheng/Huang kembali mereka taklukkan di final French Open.
Sudah begitu, ada kabar baik lagi pekan ini. Peringkat dunia mereka, untuk kali pertama, menembus lima besar. Mereka dipastikan meraih tiket ke BWF World Tour Finals di Guangzhou akhir tahun mendatang. Plus memperbesar peluang lolos kualifikasi Olimpiade Tokyo 2020.
’’Kalau dibilang selevel (dengan pasangan Tiongkok), dari segi prestasi, kami belum ada apa-apanya,’’ kata Melati. ’’Maksudnya bikin bangga itu kami bisa kalahkan mereka. Ternyata kami bisa. Sekarang gimana caranya buat terus konsisten seperti itu,’’ tutur pemain yang berulang tahun ke-25 pada Sabtu lalu (26/10) tersebut.
Sementara itu, banyak yang menyangka bahwa dua gelar di tur Eropa lalu adalah ajang pembuktian Praveen. Dia tampil sangat bagus setelah dirundung berbagai persoalan pribadi. Menurut dia, itu tidak sepenuhnya benar.
’’Sebenarnya bukan gara-gara itu lalu jadi tambah semangat. Cuma, dalam setiap pertandingan, saya coba kasih yang terbaik,’’ ujar Ucok, sapaan akrabnya. ’’Kalau sudah ada di lingkaran top 5 sampai 10, secara level sudah sama. Tak ada perbedaan yang jauh. Tinggal siapa yang lebih siap secara mental,’’ lanjut pemain besutan PB Djarum itu.
Setidaknya dua turnamen itu mengubah nggak banyak hal di antara mereka. Kini komunikasi Praveen/Melati lebih solid. Secara pribadi, Melati mengakui sekarang bisa lebih terbuka dengan partnernya. Selama ini, pemain berlesung pipit tersebut sering sungkan kepada Praveen. Maklum, Praveen punya pengalaman lebih banyak.
Dengan teratasinya kendala nonteknis, Praveen/Melati lebih percaya diri untuk pasang target lebih tinggi dalam turnamen. Termasuk di Fuzhou Open pekan depan. ’’Jangan mau juara super 750 saja dua kali. Menurutku, itu masih terlalu kecil. Buat ke depan masih banyak turnamen besar. Puncaknya Olimpiade Tokyo 2020. Semoga bisa dapat emas,’’ harap Praveen.
Richard, sebagai pelatih, mengapresiasi capaian anak buahnya. Sudah lama dia ingin ganda campuran meraih gelar sepeninggal Liliyana Natsir. Bukan hanya Praveen/Melati, Hafiz Faizal/Gloria E. Widjaja juga harus juara. ’’Tantangan ke depan sudah menunggu. Jangan puas, jangan kendur, tambah semangat dan percaya diri,’’ pesan Richard. bridge