Jawa Pos

TANPA BONEK HINGGA AKHIR MUSIM

-

SURABAYA, Jawa Pos – Sudah jatuh, tertimpa tangga. Pepatah itu sangat pas ditujukan kepada Persebaya Surabaya saat ini. Dalam tekanan suporter karena torehan enam laga tanpa kemenangan, tim berjuluk Green Force tersebut juga terkena sanksi berat.

Sanksi itu diketok Komdis PSSI semalam.

Itu merupakan buntut kerusuhan saat Green Force menjamu PSS Sleman di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya (29/10). Dalam laga tersebut, Bonek meradang setelah timnya kalah 2-3. Mereka membakar papan iklan, gawang, hingga lintasan lari. Belum lagi melempar botol dan smoke bomb hingga menyalakan flare.

Boom, sanksi berat dijatuhkan. Untuk denda, manajemen Persebaya harus membayar Rp 200 juta. Yang lebih menyakitka­n, Persebaya dipastikan tanpa Bonek di laga home maupun away hingga akhir musim ini. Artinya, ada sembilan laga sisa yang akan dilakoni Persebaya tanpa Bonek. Persebaya juga dikenai denda Rp 45 juta terkait dengan pelanggara­n yang terjadi saat tim away ke markas Persela Lamongan (23/10).

Manajemen Persebaya menilai sanksi yang diberikan itu terlalu! ”Kami akan ajukan banding,” ucap Ram Surahman, sekretaris Persebaya, kepada Jawa Pos.

Ram mempertany­akan tujuan sanksi itu. Sebab, dia ragu sanksi tersebut akan memberikan efek jera kepada sup o r ter .” Roh dari putusan ini apa? Apa ada efek jera? Tujuan sanksi ini sebenarnya untuk membina atau membinasak­an?” lanjutnya. Karena itu, manajemen Persebaya ingin melakukan kolaborasi dengan Komdis PSSI. Tujuannya, melakukan pembinaan suporter.

Ram berharap komdis bisa memberikan pembinaan terhadap suporter. Hal itu sejatinya diusulkan oleh Persebaya sejak berlaga di Liga 1 musim lalu. Tapi, sampai saat ini belum ada respons dari pihak komdis. ”Marilah kita kolaborasi membina suporter. Jangan seolah komdis ini berdiri sendiri di menara yang tinggi. Kami terbuka kalau komdis mau kolaborasi,” terang Ram.

Di sisi lain, sanksi tanpa penonton disikapi dingin oleh Bonek. Koordinato­r Green Nord Husin Ghozali menilai sanksi itu sudah biasa bagi Bonek. ”Kami pernah tidak menonton Persebaya selama lima tahun saat tidak diakui PSSI,” katanya kepada Jawa Pos. Karena itu, kalau hanya sanksi sembilan laga, Bonek memilih sabar. ”Biar ini jadi pembelajar­an lagi ke depan buat Bonek,” kata pria yang akarb disapa Cak Cong itu.

Hanya, dia menyayangk­an sikap komdis yang tak melihat beberapa fakta lain. Cak Cong tak menampik bahwa Bonek sangat emosi akibat performa tim yang buruk. Ada pembakaran papan iklan, gawang, hingga lintasan lari. ”Tapi tolong dicek, apakah ada pemain tim tamu yang jadi korban? Apakah ada perangkat pertanding­an yang jadi korban? Apakah ada suporter yang jadi korban? Itu semua kami lakukan murni sebagai bentuk kekecewaan ,” tegasnya.

Karena itu, dia sangat kecewa dengan komdis yang dinilai tebang pilih. Sebab, menurut dia, ada beberapa kasus yang lebih parah ketimbang kejadian kali ini. Salah satunya terjadi kala tim rival, Arema FC, menjamu Persib Bandung musim lalu. Akibat suporter turun, pelatih Persib kala itu, Mario Gomez, menderita cedera di kepala. Tapi, sanksi hanya berupa penutupan sebagian tribun. ”Saya harap, ke depan PSSI bisa lebih bijak lagi,” terang Cak Cong.

 ?? ANGGER BONDAN/JAWA POS ??
ANGGER BONDAN/JAWA POS
 ?? ANGGER BONDAN/JAWA POS ?? MEMBARA: Bonek melampiask­an kekesalann­ya karena tim kebanggaan­nya tampil tidak sesuai harapan saat menjamu PSS Sleman di Stadion Gelora Bung Tomo (29/10).
ANGGER BONDAN/JAWA POS MEMBARA: Bonek melampiask­an kekesalann­ya karena tim kebanggaan­nya tampil tidak sesuai harapan saat menjamu PSS Sleman di Stadion Gelora Bung Tomo (29/10).

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia