Tugas Saya Tak Hanya Khotbah
”RABBANA ya Allah… Bimbinglah kami sehingga kami menjadi manusia-manusia yang mengenal perbedaan itu. Dan bisa menjadikan perbedaan itu titik kuat untuk kami semua.” Begitulah penggalan doa yang dibacakan oleh Menteri Agama (Menag) Fachrul Razi, 72, ketika menjadi khatib salat Jumat di Masjid Istiqlal kemarin (1/11)
Seperti yang dia sampaikan pada forum Lokakarya Peningkatan Peran dan Fungsi Imam Tetap Masjid pada Rabu (30/10), Fachrul berharap penceramah menyisipkan doa dalam bahasa Indonesia.
Ditemui sebelum meninggalkan Istiqlal, menteri kelahiran Banda Aceh itu kembali menjelaskan soal doa dalam bahasa Indonesia. ”Oh iya, harus ada,” kata dia. Menurut purnawirawan jenderal TNI bintang empat itu, kadang kalau doa dibacakan dalam bahasa Arab seluruhnya, belum tentu jamaah paham.
Pria yang menjadi menteri tertua di Kabinet Indonesia Maju tersebut mencontohkan, ketika penceramah berdoa dalam bahasa Arab supaya jamaah dijadikan umat yang bisa menjaga perdamaian, belum tentu semua paham. Padahal, dalam berdoa, supaya bisa lebih meresapi, jamaah juga harus tahu artinya.
Hadirnya Fachrul sebagai khatib itu bisa dibilang spesial. Kemarin adalah Jumat keduanya setelah dilantik Presiden Joko Widodo sebagai menteri. Selain itu, sebelumnya tidak ada catatan Menag Lukman Hakim Saifuddin menjadi khatib di masjid berkapasitas 200 ribu orang tersebut. Lulusan Akmil 1970 itu naik mimbar khotbah dengan setelan jas hitam. Dalam khotbah berdurasi 17 menit tersebut, Fachrul mengangkat tema toleransi. ”Tuhan menciptakan manusia berbedabeda,” katanya.
Padahal, menurut dia, Allah bisa saja menciptakan manusia dalam satu golongan. Tetapi, justru Allah menciptakan manusia berbedabeda supaya saling mengenal. Sebaliknya, ketika Allah menciptakan manusia dalam satu golongan saja, malah manusia senantiasa berselisih.
Fachrul juga menyinggung pemimpin yang harus adil. ”Kalau pemimpin tidak adil, rakyat tidak bahagia,” jelasnya. Ketika sudah tidak bahagia, rakyat tidak bisa diajak bersatu. Pesan kepada pemimpin, jika diberi amanah, harus berlaku adil. Menjalankan hukum seadil-adilnya.
Dalam beberapa kesempatan, Fachrul menuturkan perihal pencegahan korupsi. Dia menyebutkan, ada tiga prioritas aksi pencegahan korupsi. Salah satunya, menutup semua pintu peluang korupsi. Kemudian, membuka kehadiran whistle-blower dan menindak tegas pelanggar atau pelaku korupsi secara administrasi maupun hukum.
Ditanya apakah akan lebih sering menjadi khatib salat Jumat, Fachrul melempar senyum. ”Sekali-sekali saja. Tugas menteri (menteri agama, Red) kan bukan untuk khotbah. Tetapi, sekalisekali boleh,” katanya.
Sosok Fachrul memang tidak berasal dari kalangan kiai. Namun, dia sempat mengatakan bahwa dirinya aktif mendalami ilmu agama. Dia juga mengaku sering memberikan ceramah agama di sejumlah lokasi. Komentar itu dia sampaikan setelah dilantik Jokowi sebagai Menag. ”Dan setiap ceramah enggak jauh tentang pesan Islam yang damai, tentang toleransi, tentang persatuan dan kesatuan,” katanya.
Dia menduga kegiatan ceramahnya di banyak tempat yang kerap membawa pesan toleransi dan menangkal radikalisme tersebut mendapat perhatian Presiden Jokowi. Selain itu, Fachrul tidak menampik bahwa pengalamannya di bidang militer pun menjadi pertimbangan penunjukannya sebagai menteri.
Seperti diketahui, pada masa Presiden Abdurrahman Wahid, Fachrul menduduki jabatan sebagai wakil panglima TNI.