Menunggu Masukan soal Luis Milla
Menang Mutlak, Iwan Bule Pimpin PSSI
JAKARTA, Jawa Pos – Drama kongres pemilihan PSSI berakhir antiklimaks. Diwarnai aksi walkout (WO) sejumlah kandidat yang tergabung dalam Koalisi 9 Caketum PSSI Baru Menuju Perubahan, Mochamad Iriawan akhirnya terpilih dengan perolehan suara mutlak J
Dari 86 pemilik suara yang ikut kongres pemilihan di Hotel Shangri-La, Jakarta, kemarin (2/11), sebanyak 82 voter memilih Iwan Bule, sapaan Iriawan, untuk menjadi ketua umum PSSI.
Tiga suara lainnya tidak sah dan satu suara memilih abstain, yaitu Persis Solo.
Iwan Bule terpilih setelah mengalahkan dua caketum tersisa di arena kongres, yakni Rahim Soekasah dan Arif Wicaksono. Pemilihan hanya menyisakan tiga kandidat karena La Nyalla Mattalitti memutuskan tidak ikut kongres sejak pekan lalu.
Kemudian, kemarin secara berturut-turut tujuh calon menarik diri. Satu di antaranya bahkan tidak sempat ikut kongres dan hanya datang untuk ”izin mundur”, yakni Bernhard Limbong. Sisanya, enam caketum, memilih WO. Mereka adalah Sarman El Hakim, Vijaya Fitriyasa,
Aven S. Hinelo, Benny Erwin, Yesayas Oktavianus, dan Fary Djemy Francis.
Aksi WO enam kandidat tersebut harus dilakukan dengan sedikit insiden di awal kongres. Insiden dimulai ketika Fary mencoba memberikan surat keluhan kepada FIFA yang berada di bangku depan kongres. Saat itu Fary dihalang-halangi beberapa petugas sekuriti.
Melihat Fary diperlakukan tidak baik, lima rekannya mencoba membantu. Namun, tenaga mereka kalah dengan sekuriti yang ada di dalam lokasi kongres. Sempat terjadi aksi dorong-mendorong. Mereka akhirnya menyerah dan keluar ruangan. Kemudian mengancam bakal menyurati FIFA dan AFC.
Vijaya kepada Jawa Pos menyatakan, pihaknya akan membuat draf untuk dimasukkan ke dalam surat resmi. Surat itu akan dikirimkan ke FIFA dan AFC dengan permintaan kongres kemarin dievaluasi. ”Kami ingin menyampaikan aspirasi terkait kejanggalan, tapi tidak diberi kesempatan. Akhirnya ini cara kami,” cetusnya.
Sementara itu, Waketum PSSI terpilih Cucu Sumantri angkat bicara mengenai kericuhan yang terjadi di awal kongres. Dia menegaskan, apa yang disampaikan enam caketum tidak jelas. ’’Memang hanya ingin ribut-ribut saja. Tidak ada Sekjen meminta mereka keluar,’’ katanya.
Senada dengan wakilnya, Ketum PSSI terpilih Iwan Bule tidak mau menanggapi ribut-ribut tersebut. Dia hanya menyebutkan bahwa hasil kongres kemarin merupakan kemenangan rakyat Indonesia. ’’Alhamdulillah bisa menghasilkan semua yang sesuai dengan harapan voters,’’ ucapnya.
Sekretaris utama Lemhannas itu menyadari bahwa melaksanakan tanggung jawab sebagai ketua umum tidak mudah. Bahkan, dia bakal menghadapi tuduhan dan beragam keraguan saat memimpin PSSI. ”Saya tegaskan, saya tidak akan jadikan ini batu loncatan. Saya komitmen akan menyelesaikan jabatan. Saya pernah berjanji akan berikan semuanya untuk negara melalui sepak bola karena negara sudah berikan semuanya kepada saya,” tegasnya.
Target terdekat, yakni tujuh hari, Iwan Bule akan melakukan koordinasi dengan KONI, BOPI, dan Kemenpora. Sebab, event SEA Games 2019 di Filipina sudah di depan mata. ”Timnas juga akan bermain di kualifikasi Piala Dunia. Mudah-mudahan bisa buat terobosan baru hingga meraih prestasi,” harapnya.
Disinggung soal pelatih timnas menjelang laga melawan Malaysia 19 November mendatang, perwira tinggi Polri yang pernah menjabat Kapolda Metro Jaya itu belum bisa menjawab perihal masa depan Simon McMenemy.
Dia akan berkoordinasi dan menganalisis terlebih dulu penampilan timnas. ”Saya akan minta masukan dulu. Publik memang banyak yang minta Luis Milla kembali, tapi apa akan beri prestasi? Jadi lihat saja nanti,” ucapnya.
Bagaimana dengan Ratu Tisha sebagai Sekjen PSSI? Iwan mengaku akan berdiskusi dengan Exco PSSI. Dia akan mengevaluasi kerja Tisha selama ini. ”Ya, satu sampai dua bulan ke depan sudah ada keputusan,” ujarnya.
Sementara itu, Djoko Pekik Irianto (guru besar ilmu keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta) menaruh harapan besar terhadap Ketua Umum Baru PSSI M. Iriawan. Dia diharapkan bisa membangun iklim masyarakat sepak bola yang tenteram. Tidak ada lagi perkelahian antarsuporter.
Sebagai seorang jenderal polisi, Iriawan diharapkan Djoko mampu membersihkan segala hal yang terkait dengan mafia bola. Juga membangun sepak bola modern berbasis industri.
Djoko menyadari bahwa mewujudkan hal tersebut tidak mudah. Dibutuhkan sinergi dengan berbagai stakeholder. Terutama sektor swasta. Namun, melihat iklim dan situasi kompetisi, cukup sulit membangun industri sepak bola dalam negeri. Dibutuhkan waktu untuk berbenah.
”PSSI di bawah komando Iwan Bule harus bisa memaksimalkan faktor-faktor teknis untuk membangun sepak bola modern,” tutur deputi IV Kementerian Pemuda dan Olahraga periode 2010–2016 tersebut.
Dari sisi infrastruktur, misalnya, PSSI diharapkan melengkapi sarana dan prasarana lapangan maupun stadion di daerah. Terutama di daerah yang memiliki potensi menghasilkan atlet sepak bola profesional. Fasilitas yang bagus akan menarik minat anakanak di daerah untuk berprestasi. Dengan begitu, PSSI tinggal menyebar tim pencari bakat ke daerah-daerah tersebut untuk mencari atlet potensial.
Kemudian, peran sport science harus dimaksimalkan dalam proses pembinaan di seluruh jenjang usia. Ditambah melaksanakan kompetisi usia muda yang berkualitas. ”Catatan, kompetisi usia muda harus dipegang PSSI langsung yang melibatkan swasta,” kata Djoko.
Sementara itu, kompetisi senior harus menyesuaikan dengan jadwal kompetisi dunia. Sebab, tidak bisa dimungkiri, dalam beberapa pekan laga internasional, kompetisi di tanah air tetap bergulir. Imbasnya, banyak pemain skuad Merah Putih yang tidak mampu tampil optimal lantaran kelelahan.