Seru Nonton Film Susy Bareng Atlet
PARA pemain Pelatnas Cipayung selalu punya cara untuk mendekatkan diri dengan badminton lovers. Salah satunya, nonton bareng (nobar) film Susi Susanti: Love All. Selama akhir pekan ini para atlet ’’disebar’’ ke beberapa bioskop di kawasan Jakarta dan sekitarnya.
Kemarin Jonatan Christie serta Rinov Rivaldy/ Pitha Haningtyas Mentari menghadiri acara nobar di Kota Kasablanka, Jakarta Selatan. Sorenya giliran Greysia Polii dan Tontowi Ahmad yang menyapa badminton lovers di Plaza Senayan. Mereka ditemani mantan partner masing-masing. Yakni, Nitya Krishinda Maheswari serta Liliyana Natsir. Turut hadir juga dua bintang Susi Susanti: Love All, Laura Basuki dan Dion Wiyoko.
’’Kami senang sekali bisa menyaksikan seorang legenda, seorang contoh, dan inspirator kami,’’ kata Greysia setelah nonton film berdurasi 96 menit itu. ’’Saya idola banget sama Ci Susy dari kecil. Bisa bertumbuh dengan belajar pada Ci Susy jadi kebanggaan buat saya,’’ lanjut pemain yang kini berpasangan dengan Apriyani Rahayu itu.
Sebelum acara dimulai, Susy dan Alan Budikusuma menyapa para penonton. Mereka juga ikut nonton. Hal itu, kata Dion, bikin dirinya nervous. ’’Deg-degan juga kalau ditonton sama atlet gini. Saya mainnya juga aduh... kayak diomelin sama pelatih,’’ celetuknya. ’’Jangan ditonton pas pertandingan. Nontonnya pas dramanya aja. Di-skip aja bagian badmintonnya,’’ lanjut dia, membuat tertawa seisi bioskop.
Sudah dua hari berturut-turut Susy dan Alan ikut road show di bioskop untuk mempromosikan film mereka. Sebelum ini mereka juga menyapa BL di bioskop Epicentrum dan Cibubur Junction. Susy mengungkapkan keterkejutannya lantaran banyak anak muda dari generasi milenial yang menonton filmnya.
’’Saya senang sekali. Saya ingin berbagi cerita bahwa perjuangan itu tidak mudah. Butuh proses. Semuanya perlu dilakukan dengan cinta, baik terhadap pekerjaan, keluarga, maupun Indonesia,’’ tutur Susy. ’’Di film itu saya ingin sharing soal gimana mengharumkan nama bangsa meskipun dalam situasi yang tidak memungkinkan,’’ lanjut peraih emas Olimpiade Barcelona 1992 itu.
Ya, film itu memang berlatar belakang perjuangan Susy pada era 1990-an. Sebagai keturunan Tionghoa, banyak kesulitan dan diskriminasi yang dialaminya. Apalagi, dalam dunia bulu tangkis internasional, nama Indonesia sama sekali tidak diperhitungkan. Momen Olimpiade menjadi pembuktian dari Susy akan kecintaannya terhadap bangsa.