Limbah Buah-Sayur untuk Bahan Biogas
SURABAYA, Jawa Pos – Prof Soeprijanto telah melakukan penelitian tentang biogas hingga bertahun-tahun. Kali ini, dosen Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) itu mengembangkan energi alternatif dengan memanfaatkan limbah organik menjadi biogas dan bioetanol. Soeprijanto menuturkan, ide tersebut muncul lantaran dirinya kerap melihat limbah makanan seperti buah dan sayur di pasar. Dosen Departemen Teknik Kimia Industri itu akhirnya meneliti dan mengolah limbah tersebut menjadi biogas. ’’Banyak yang menganggap limbah-limbah itu tidak berarti. Padahal, limbah juga memiliki nilai ekonomi yang baik,” katanya.
Pada umumnya, limbah organik sering digunakan untuk pupuk. Namun, Soeprijanto melalui penelitian berjudul Pengembangan Prototype Bioreaktor Anaerobik untuk Biogas Melalui Proses Co-Digestion Limbah Buah dan Sayuran Pasar membuktikan bahwa limbah buah dan sayur dapat digunakan sebagai bahan bakar. ’Penelitian saya menggunakan kulit pisang,” ujarnya.
Limbah kulit pisang dan sisa makanan tersebut memiliki kandungan selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Kemudian, limbah tersebut diproses grinding (penghalusan). Semua limbah buah dan sayur yang sudah di-grinding diumpankan ke dalam digester anaerobic (proses degradasi material organik tanpa melibatkan oksigen).
Dengan begitu, proses fermentasi tersebut menghasilkan produk biogas. Sementara itu, hasil samping proses fermentasi itu yang berupa padatan dan cairan juga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik.
’’Setiap melihat residu pertanian yang tidak bermanfaat, saya selalu ingin menjadikannya berguna,” ucapnya.
Soeprijanto menjelaskan, biogas dari limbah organik tersebut terinspirasi dari pengembangan ilmu yang sudah dipelajari ketika studi S-2 di Gent, Belgia, dan S-3 di Glasgow, Skotlandia. Penelitian yang berlangsung kurang lebih sepuluh tahun itu juga telah dipublikasikan sebagai jurnal ilmiah.