Jawa Pos

PSSI Kebanyakan Drama, Prestasi Semoga Saja

- Oleh MOHAMMAD ILHAM Wartawan Jawa Pos

”SESUAI kan prediksiny­a?” Begitu kata seorang voter kepada saya tatkala penghitung­an suara pemilihan anggota Exco PSSI tahap pertama selesai J

Ya, selain ketua umum dan dua wakil ketua umum, Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI 2019 memilih 12 anggota exco.

Tentu saja yang dia maksud bukan terpilihny­a Iwan Bule sebagai ketua umum atau Iwan Budianto sebagai wakil ketua umum. Itu tidak perlu diprediksi. Mereka yang mengikuti perkembang­an berita menuju KLB umumnya paham. Intinya, gak keren lagi kalau Anda memprediks­i siapa ketua umum baru PSSI. Sudah terang benderang.

Sebenarnya sempat ada harapan persaingan ketika La Nyalla Mattalitti (yang pernah jadi ketua umum PSSI) turun gunung ke pencalonan. Tapi, pencalonan itu layu sebelum berkembang. Sekitar sepekan sebelum KLB, dia kirim sinyal negatif. Dan akhirnya memutuskan menarik diri. ”Saya bukan mundur, tapi menarik diri. Saya tidak mau ikutikutan kongres yang keabsahann­ya diragukan,” kata ketua DPD RI tersebut. Drama sudah dimulai seketika itu.

Ternyata drama menarik diri tersebut tak berhenti di La Nyalla. Dari sebelas calon ketua umum, pada akhirnya yang duduk manis di kursi sampai pemilihan selesai hanya Iwan Bule, Rahim Soekasah, dan Arif Wicaksono. Beberapa calon ketua umum lainnya memilih mundur.

Masih pagi, voters baru saja registrasi untuk masuk ruangan di Shangri-La Hotel, Jakarta, satu lagi calon ketua umum mundur. Dia adalah Bernhard Limbong. Dan, sebelum pemilihan, giliran Vijaya Fitriyasa, Sarman El Hakim, Fary Djemy Francis, dan Aven Hinelo yang menarik diri dari pencalonan. Calon lainnya, Benny Erwin dan Yesayas Oktavianus, tidak menyatakan mundur, tapi berada di luar ruangan KLB.

Jadi, belum juga voters memilih, orang-orang yang berada di arena KLB telah mengatakan, ketua umum baru sudah terpilih. Akhirnya terbukti dengan 82 suara dari total 85 suara dan tiga lainnya abstain. Jadi, yang berada di pikiran saya serta beberapa rekan, kira-kira paketan Exco PSSI mana yang tembus. Tentu saja, paketan orang lama yang paling favorit. Mereka yang sudah pernah jadi Exco PSSI dan selama ini familier di telinga publik bola tanah air.

Meski berat, saya masih berharap setidaknya ada 50 persen muka baru berintegri­tas di kursi Exco PSSI periode 2019–2023. Tapi, begitu delapan nama terpilih pada tahap pertama pemilihan Exco PSSI, saya pikir oke kita harus menerima kenyataan ini. Merekalah yang berkuasa di sepak bola kita.

Dalam pemilihan exco, dicari 12 nama kandidat yang bisa mendapatka­n 50 persen plus satu suara. Artinya, angka aman untuk menjadi Exco PSSI adalah 44 suara. Dalam pemilihan, hanya delapan nama yang memenuhi: Haruna Soemitro, Dirk Soplanit, Yoyok Sukawi, Juni Rahman, Pieter Tanuri, Hasnuryadi, Endri Erawan, dan Sonhadji.

Terpaksa, putaran kedua dilakukan dan terpilihla­h empat nama, yakni Ahmad Riyadh, Hasani Abdulgani, Yunus Nusi, dan Vivin Cahyani. Dari sekian nama itu, lima nama adalah anggota Exco PSSI periode sebelumnya.

Dari 12 nama itu pula, ada empat petinggi klub Liga 1. Entah menjabat manajer atau CEO. Itu jelas problem lama yang bisa jadi polemik. Sebab, apabila tetap rangkap jabatan, konflik kepentinga­n bisa menjadi masalah. Semoga mereka melepas jabatan di klub seperti yang dilakukan Iwan Budianto musim lalu.

Harapan tentu saja ada. Setidaknya saya masih menyimpan dan menunda putus asa akan sepak bola kita. Iwan Bule punya tugas berat. Tidak hanya memperbaik­i tata kelola sepak bola dan prestasi, dia juga dihadapkan pada kenyataan ketua-ketua umum sebelumnya yang terhenti atau berhenti di tengah jalan.

Di depan mata, ada SEA Games 2019. Tinggal hitungan hari. Lalu, tantangan berat lain adalah menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 pada 2021. Bukan hanya kesiapan venue karena yang lebih penting menggenjot kesiapan di lapangan. Kesiapan para pemain timnas usia muda. Tentu kita tak ingin hanya sambil lalu. Sudahlah, tak perlu berprestas­i, tak bikin malu saja sudah keren. Apabila meraih prestasi, itu bonus.

Boleh saja nama ketua umum baru PSSI itu Iwan Bule. Meski itu julukan dari nama asli Mochamad Iriawan. Semoga tak menjadikan dia ketua yang hobi memasukkan bule ke timnas alias naturalisa­si. Adalah penting membenahi kompetisi dan terus berkonsent­rasi pada pembinaan usia dini.

Dari sekian pernyataan yang disampaika­n Iwan Bule dalam konferensi pers pertama selaku ketua umum PSSI, ini yang paling saya ingat dan tagih di kemudian hari. ”Ayo, silakan kalau kritik membangun. Jangan kritik yang hanya menyudutka­n.”

Selamat bekerja. Salam olahraga. Jangan baper dengan kritik kami.

Oh ya, mumpung belum lupa, tahun ini sudah tiga kali kongres. Jadi, kami berharap voters sudah puas. Tahun berikutnya semoga hanya sekali. Amin.

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia