Kemiringan Sadis, Rute PHP
MENGIKUTI BTS Ultra 100 diyakini Teddy Robin menjadi pengalaman yang tidak dilupakan. Maklum, itu adalah event serius trail pertama yang diikuti lelaki kelahiran 11 Mei 1973 tersebut. ’’Seru banget race-nya,’’ kata runner yang September lalu menyelesaikan World Marathon Majors (WMM) di Berlin Marathon dengan catatan waktu 4 jam 44 menit 14 detik itu.
Menurut Robin, panggilan akrabnya, dirinya sudah bersiap menghadapi situasi yang berbeda sehari sebelum race dimulai. ’’H-1 hujan deras. Sebelum flag off kategori 30K juga hujan,’’ kata bapak empat anak tersebut.
Hujan tersebut bikin rute yang dilewati benar-benar basah. ’’Kemiringannya sadis, tapi bisa dilewati. Paling jatuh di lumpur dan pasir karena jalannya licin,’’ kata lelaki asal Bali tersebut. Jatuh bangun itu disebut Robin paling tidak terlupakan. Selain itu, Robin yang finis di waktu 6 jam 10 menit juga tidak menyiapkan trekking pole saat berlari. Alhasil, dia menggunakan bambu yang ditemukan sebagai trekking pole yang membantunya melewati medan-medan sulit. ’’Nanti, kalau ikut trail run di Rinjani, saya pakai sumpit saja,’’ ujarnya, kemudian tertawa terbahak.
Pengalaman tidak terlupakan juga dirasakan Irene Veslia. Rute BTS 100 yang indah sebenarnya menjadi incaran Irene. Guru taman kanak-kanak di Surabaya itu sudah memprediksi akan melewati rute yang mungkin ngeselin, tetapi indah. ’’Ternyata rutenya PHP,’’ ujar perempuan 36 tahun itu, kemudian terkekeh. Menurut Irene yang mendapatkan PB saat virgin WMM di Tokyo Marathon Maret lalu, rute B29 bisa digambarkan dengan satu kata: sangar.
Cerita Irene, setelah melewati Bukit Teletubies yang indah dan trek yang rata, pelari diharuskan naik lagi menuju puncak Bromo. ’’PHP pun dimulai,’’ ujarnya, lantas tertawa. ’’Rutenya naik terus. Paling ngeselin di 2K terakhir. Rasanya ingin berkata kasar kala itu. Ha ha ha ha...,’’ lanjut Irene yang berhasil finis dengan catatan waktu 7 jam pas.