Jawa Pos

Kini Moekari Jadi Satu-satunya Anggota Polisi Istimewa Surabaya

Pertempura­n sengit terjadi di Surabaya 74 tahun lalu. Sekitar 15 ribu orang tewas dalam pertempura­n yang berlangsun­g selama 21 hari itu. Moekari adalah salah seorang anggota Polisi Istimewa yang ikut mengangkat senjata dalam momen yang kini diperingat­i se

-

DUDUK di kursi roda, Moekari lebih banyak diam saat belasan anggota Brimob datang ke rumahnya di Blok D Asrama Brimob, Jalan Gresik No 39, Kamis (7/11). Pagi itu,

EDI SUSILO, Jawa Pos

Moekari menerima santunan dari para juniornya. Sesekali bibirnya yang penuh keriput tersenyum saat diajak berbicara. Senyum jadi isyarat paling mudah yang bisa dilakukan lelaki 94 tahun itu untuk membalas lawan bicara.

Moekari sudah tidak bisa mendengar dengan jelas katakata yang disampaika­n kepadanya. Usia senja telah mengurangi ketajaman telinga anggota Tokubetsu Keisatsu-tai itu.

Pria kelahiran Blitar, 10 Februari 1925, tersebut baru bisa menjawab jika pertanyaan diucapkan secara lantang seperti yang dilakukan Tari Moekari. Putri keempat Moekari itu sering bersuara lantang jika sang ayah belum mendengar apa yang disampaika­n

J

”Sebenarnya tahun lalu bapak masih sehat. Tapi, sejak masuk rumah sakit Agustus lalu, kondisinya memang sempat drop,” ucap Tari kepada Jawa Pos. Sebelum itu, kondisi Moekari masih sehat. Masih lancar jika diajak mengobrol. Termasuk soal pertempura­n 10 November. Bahasan yang sering ditanyakan orang kepadanya.

Maklum, kini setelah 74 tahun peristiwa tersebut terjadi, saksi sekaligus pelaku sejarah dari Korps Polisi Istimewa Surabaya tinggal Moekari seorang. Dari sekitar 250 anggota Polisi Istimewa S u raba ya saat itu. Bak sebuah maps, Moekari adalah mbak-mbak G o o g l e petunjuk arah. Yang dengan suaranya menuntun orang mengenali sejarah. Membuka ruang-ruang sejarah yang masih kosong.

Sudah puluhan penulis, mahasiswa,dan wartawan yang datang menemui nya dengan keperluan macam macam. Mulai sekadar m e n g k r o s cek data hingga menggali kisah 10 November lebih dalam. Semua itu masih bisa dilakukan M o e kari hingga setahun lalu. Kini, suami mendiang Soekarti itu sudah lupa-lupa ingat kalau ditanya soal 10 November.

Misalnya, saat ditanya Jawa Pos soal posisinya ketika pertempura­n 10 November. Dengan suara seraknya Moekari menjawab singkat. ’’Di rumah,” ucapnya. Tari yang mendengarn­ya langsung tertawa, lantas mengulangi pertanyaan tersebut kepada sang ayah. ”Sampean itu lo, Pak, waktu 10 November itu ndek endi?” tanya Tari. Moekari akhirnya menjawab singkat, ”Di Surabaya.”

Berpikir sejenak, Moekari pun memperinci lokasinya. ”Di Blauran,” ucap kakek 12 cucu tersebut. Selama pertempura­n, Moekari mengatakan bahwa dirinya berpindah-pindah lokasi di Surabaya. Lalu, dia mundur ke Sidoarjo dan Malang setelah lebih dari dua minggu berjuang.

Tidak hanya berperan di pertempura­n 10 November, Moekari juga sempat melakukan pelucutan senjata milik Jepang di Don Bosco, Jalan Tidar. Tepatnya, beberapa bulan sebelum 10 November meletus. Dipimpin Komandan Polisi Istimewa M. Jasin, ratusan senjata dibawa, lantas dibagikan ke beberapa badan dan laskar perjuangan.

”Saya mengambiln­ya siang sama teman-teman. Dapat banyak senjata,” ucapnya. Disinggung jumlahnya, Moekari mengaku lupa. Yang pasti, setelah mengambil senjata di Don Bosco, Korps Polisi Istimewa memiliki persenjata­an paling lengkap saat bertempur.

M o e kari mengatakan dengan nada datar bahwa selama pertempura­n, dirinya tidak pernah takut mati. Justru yang ada saat itu adalah ras abangga karena ikut berjuang bersama banyak orang mempertaha­nkan republik. Yang membuat keder M o e kari saat itu bukanlah serangan mortir dari sekutu atau tembakan meriam, melainkan komandanny­a sendiri, M. Jasin. ”Orangnya galak. Tegas,” ucapnya, lantas tersenyum.

Kisah mengenai kesaksiann­ya dalam 10 November sudah Tari tulis dalam sebuah buku pada 2016. Buku berjudul 500 Km, Sebuah Nilai Perjuangan tanpa Angka itu mengisahka­n peran lengkap Moekari mulai masa pendidikan di kepolisian hingga masuk organisasi veteran cacat.

 ?? AKHMAD KUSAINI/ JAWA POS ?? USIA HAMPIR SEABAD: Moekari dengan kaki palsu miliknya. Dia menjadi satu-satunya anggota Polisi Istimewa Surabaya yang masih hidup.
AKHMAD KUSAINI/ JAWA POS USIA HAMPIR SEABAD: Moekari dengan kaki palsu miliknya. Dia menjadi satu-satunya anggota Polisi Istimewa Surabaya yang masih hidup.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia