Fokus, Ginting!
HONGKONG, Jawa Pos – Anthony Sinisuka Ginting tampil kurang maksimal dalam tiga turnamen terakhir. Di Denmark Open dan Fuzhou China Open, dia kandas di babak pertama. Padahal, di French Open, Ginting sempat menembus semifinal. Inkonsistensi sepanjang 2019 membuat posisinya dalam klasemen menuju World Tour Finals (WTF) 2019 terancam. Kesempatan mengamankan posisi datang pekan ini. Tepatnya dalam Hongkong Open 2019 yang dimulai hari ini. Sayang, lawan Ginting di babak pertama besok sudah bikin waswas. Siapa lagi kalau bukan Ng Ka Long Angus, bintang Hongkong yang menyingkirkannya di Fuzhou lalu. Secara keseluruhan, rekor Ginting melawan Ng juga jelek. Dia kalah dalam tiga pertemuan terakhir.
Pelatih tunggal putra Hendri Saputra meminta Ginting melupakan data-data di atas kertas dan fokus pada turnamen di depan mata. Ancaman tidak lolos WTF seharusnya jadi motivasi tambahan. ’’Harus tetap fokus dalam target dan tujuan. Harus bisa lebih stabil. Lihat lagi rekaman main lawan, pelajari kelebihan dan kekurangannya,’’ pesan Hendri.
Ginting saat ini berada di peringkat keenam klasemen race to Guangzhou. Namun, dengan koleksi 75.910 poin, dia masih rawan disalip para pemain di bawahnya. Apalagi, Ginting hanya punya tabungan Hongkong Open. Dia mundur dari Korea Masters demi mengikuti Kejurnas PBSI 2019 pada akhir November.
Yang sudah siap menggeser Ginting adalah Anders Antonsen. Saat ini, rising star Denmark itu memiliki 74.960 poin. Ginting akan tergeser pekan ini jika mencatat hasil lebih buruk dari Antonsen di Hongkong. Di bawah Antonsen, masih ada Wang Tzu-wei. Pemain Taiwan itu juga akan terjun di Hongkong dan Korea Masters.
Atletik menjadi salah satu lumbung medali Indonesia pada SEA Games 2019. Induk dari seluruh cabang olahraga tersebut ditarget merebut enam emas. Seluruhnya dibebankan kepada para atlet berpengalaman.
TARGET itu lebih tinggi daripada perolehan emas Indonesia pada SEA Games 2017 di Malaysia. Dua tahun silam kita merebut 5 emas, 7 perak, dan 11 perunggu. Tahun ini sebenarnya Indonesia punya nama baru yang bisa menjadi tumpuan. Yakni, sprinter Lalu Muhammad Zohri. Namun, dia tidak diterjunkan di SEA Games agar fokus ke persiapan Olimpiade 2020.
Tidak adanya nama Zohri membuat nomor-nomor lari jarak pendek sulit merebut emas. ’’Ya, kami akui memang sulit tanpa Zohri. Tapi, kami berusaha memberikan yang terbaik dan hasil yang maksimal,’’ kata pelatih lari sprint Eni Nuraeni.
Nah, tanpa Zohri, emas diproyeksikan datang dari nomor-nomor lain. Yakni, lompat jauh putra dan putri, 100 meter lari gawang putri, dan tolak peluru putri. Ditambah 20 ribu meter jalan cepat putra serta lari 10 ribu meter putri. Atlet yang diharapkan pun adalah mereka yang berstatus veteran SEA Games. Misalnya, Triyaningsih dan Hendro Yap.
Triya, pelari spesialis jarak menengah, adalah kolektor 11 emas SEA Games. Capaiannya membentang dari edisi 2007 sampai 2017. Sementara itu, Hendro Yap, atlet jalan cepat, mencetak hat-trick emas sejak 2013 sampai 2017. Masih ada nama lain seperti Sapwaturrahman (lari gawang), Eki Febri Ekawati (tolak peluru), serta Maria Natalia Londa (lompat jauh).
Kalau ada nama baru yang diproyeksikan emas, itu adalah Emilia Nova. Pada SEA Games 2017, dia memetik perak. Namun, medali itu didapat dari nomor saptalomba. Tahun ini dia hanya terjun di nomor 100 lari meter gawang.
Prestasi terbesar Emil, sapaan akrabnya, adalah meraih perak Asian Games 2018. Catatan waktunya kala itu, 13,33 detik, juga memecahkan rekornas. Melihat persaingan di Asia Tenggara, Emil diprediksi mampu meraih emas. Calon pesaingnya seperti Tran Thi Yen Hoa (Vietnam) memiliki personal best 13,40 detik. Sementara itu, Raja Nursheena Azhar (Malaysia) punya catatan waktu terbaik 13,84 detik.
Hanya, Emil harus waspada. Sebab, dia baru pulih dari cedera plantar fasciitis. Yakni, peradangan pada tissue tumit. Sejak cedera, dia belum pernah mengulang catatan terbaiknya. Kali terakhir berlomba di Summer Universiade 2019 Juli lalu, Emil membukukan waktu 14,19 detik.
’’Kalau lancar latihan sampai SEA Games, yakin sih bisa dapat medali lagi,’’ kata Emil ketika ditemui setelah latihan kemarin. ’’Dulu tiga minggu sebelum Asian Games 2018 juga sempat sakit. Cuma rezeki aku dapat medali saat itu, ya dapat,’’ imbuh dia.
Pada SEA Games 2017, Emil turun di dua nomor. Yakni, lari gawang dan saptalomba. Belajar dari pengalaman tersebut, Emil tidak mau lagi turun di dua nomor. ’’Sekarang aku fokus nomor aku sendiri, lari gawang. Aku nggak mau turun dua-duanya, tapi malah nggak dapat apa-apa. Mending aku turun satu (nomor) saja, tapi hasilnya bisa maksimal,’’ ujar cewek 24 tahun itu.
Sementara itu, di nomor elite 100 meter putra, PB PASI menerjunkan M. Bisma Diwa Abina dan Adit Rico Pradana. Bisma dan Rico sama-sama memiliki personal best 10,56 detik. Sebagai perbandingan, peraih perunggu SEA Games 2017 mencatatkan waktu 10,43 detik.