Ajak Anak Muda untuk Bergerak Bersama
Usaha keras warga kampung Dinoyo, Kelurahan Keputran, membuahkan hasil. Kampung di bantaran Sungai Kalimas itu diproyeksikan menjadi kampung budaya. Makam Mbah Djojo Prawiro yang baru masuk daftar cagar budaya menjadi ikon utama.
ARIF ADI WIJAYA, Jawa Pos
DENOJO a Little Town of Keputran. Tulisan itu terpampang di depan pintu gerbang kampung Dinoyo. Menyambut setiap pengunjung yang ingin melihat isi kampung tersebut. Wilayah Dinoyo pernah menjadi salah satu ”kawasan remang-remang” di Kota Pahlawan. Tempat judi sampai lokalisasi tumbuh subur di bantaran Sungai Kalimas itu. Namun, seiring berjalannya waktu, praktik-praktik judi maupun prostitusi mulai lenyap.
Di kampung Dinoyo, ada kompleks makam yang diberi nama makam ahli waris. Sesuai namanya, hanya keturunan asli Dinoyo yang boleh dimakamkan di tempat itu. Atau, orang yang menikah dengan keturunan asli Dinoyo dan keturunan di bawahnya.
Setelah praktik judi dan prostitusi di bantaran
Kali mas mulai hilang, par ape judi beralih ke makam tersebut. Tempat keramat itu juga kerap dipakai para pemabuk dan p e madat untuk mengonsumsi narkoba. Ada pula pasangan muda yang pernah tepergok mesum dan diusir warga. ”Memang tempatnya mendukung. Gelap dan rimbun ,” ujar Erwin Bachtiar, pengurus makam.
Usia Erwin masih terbilang muda untuk disebut juru kunci makam. Masih 47 tahun. Namun, mengurus makam bukan soal usia. ”Ini demi kebaikan bersama agar tempat keramat ini tidak disalahgunakan,” ucapnya.
Erwin baru dipercaya menjadi pengurus makam pada 2018. Pada saat itu pula, dia mengajak anak-anak muda untuk bergerak bersama. Kompleks makam dibersihkan
Tumbuhan liar dipangkas. Lampu yang terang dipasang di beberapa sudut. Sejak saat itu, praktik judi sampai perbuatan mesum perlahan menghilang.
Nah, di dalam kompleks makam itu ada satu pusara yang cukup tua. Kondisinya tidak terawat. Setelah dibersihkan, terlihat nisan yang diprediksi berusia ratusan tahun. Itulah makam Mbah Djojo Prawiro, orang yang ”membuka” kampung Dinoyo. Istilahnya, orang yang sudah babat alas.
Erwin bersama anak-anak muda membentuk kelompok. Mereka bertugas mengurus makam secara bergantian. Masyarakat setempat pun simpati dengan gerakan pemuda kampung itu. Masyarakat rela membayar iuran bulanan untuk menghidupkan makam tua tersebut. ”Warga senang karena ada yang mengurus makam itu,” kata bapak tiga anak tersebut.
Erwin tidak sendirian dalam menggerakkan anak-anak muda. Dia dibantu Lailiana Indriawati. Perempuan 36 tahun itu menjabat ketua RT 2, RW 3, Kelurahan Keputran. ”Banyak ide dari Mbak Indri (sapaan Lailiana Indriawati, Red) untuk mengembangkan kampung Dinoyo,” kata Erwin.
Memasuki medio 2019, kampung Dinoyo mulai berbenah. Lingkungan kampung mulai ditata. Jalan-jalan kecil hingga gang ditanami aneka bunga. Tembok gang yang tidak terawat dicat dan diberi mural.
Hingga akhirnya, muncul gagasan untuk membangun kampung budaya. Menurut Indri, Dinoyo punya sejarah yang cukup menarik untuk diangkat. Dulu, kata Indri, kampung Dinoyo adalah sebuah taman besar. Bagian dari Keraton Keputran. Mbah Djojo merupakan seorang perwira dari Kerajaan Majapahit yang berjasa membuka kampung untuk kali pertama. ”Cerita orang-orang lawas seperti itu,” jelasnya.
Namun, ada literasi yang membahas kampung Dinoyo. Cerita tersebut disinggung di buku Babad Tanah Jawi dan Soerabaja Tempo Doeloe karya Dukut Imam Widodo. Karena itu, Indri berkeinginan untuk mengeksplorasi kearifan lokal kampung Dinoyo sebagai ikon baru di Kota Pahlawan.
Gagasan dan semangat Indri mendapatkan dukungan dari masyarakat. Warga pun berbondong- bondong membuat produk lokal yang dijadikan unggul a n. Mulai kop isi m bah yang memadukan kopi murni dengan kepala sampai kerajinan dari bahan daur ulang. Ada pula beberapa produk minuman o lahan dari tanaman he r bal yang menjadi andalan.
Pada September, Pemkot Suraba ya melirik potensi di Kampung Din o y o. Pemerintah juga memberikan perhatian terhadap makam Mbah Djojoyang ternyata ada sejak 1600a n. Setelah dilakukan beberapa kajian, makam tersebut akhirnya dimasukkan ke daftar cagar budaya .” Itu( perhatian pemkot, Red) setelah diliput Jawa Pos. Pemkot juga baru tahu kalau ada makam tua di sini,” ujarnya.
Hal itu membuat warga semakin termotivasi. Beberapa bantuan dari perusahaan yang berdiri di wilayah Dinoyo ikut turun. Targetnya, awal 2020 kampung Dinoyo harus diresmikan sebagai kampung budaya.