Pemkot Bantu PMI Percepat Deteksi Darah
SURABAYA, Jawa Pos – Upaya Komisi D DPRD Surabaya untuk mengusulkan anggaran hibah ke Palang Merah Indonesia (PMI) Surabaya akhirnya berhasil. Anggaran bantuan itu digunakan untuk pengadaan alat pendeteksi darah dari penyakit. Dengan begitu, pendistribusian darah bisa lebih efektif dan cepat.
Jumlah pendonor tetap di Surabaya cukup tinggi. Yakni, 450 ribu warga atau setara dengan 14 persen. Darah dari pendonor harus diberi reagensia untuk memastikan darah yang akan didonorkan aman. ”Reagensia itu dilakukan untuk menguji saring infeksi menular lewat transfusi darah terhadap virus hepatitis B, hepatitis C, HIV, dan sifilis,” kata Ketua UTDC PMI Surabaya dr Budi Arifah.
Ada juga nucleic acid test (NAT). Darah dari pendonor bisa saja mengandung infeksi penyakit. Dengan pengujian asam nukleat tersebut, infeksi itu bisa terdeteksi dengan cepat.
”Untuk reagensia NAT biayanya lebih besar lagi,” ujarnya.
Ketua Komisi D Khusnul Khotimah mengatakan bahwa alat tersebut sangat dibutuhkan. Sebab, semakin cepat dideteksi, makin cepat pula darah itu disalurkan ke pasien yang membutuhkan.
Karena banyak pendonor rutin, alat tersebut sangat dibutuhkan.
Namun, menurut dia, anggaran di PMI terbatas. Karena itu, dibutuhkan suntikan dana dari pemkot agar darah tersebut bisa segera dimanfaatkan. ”Kalau tesnya kelamaan, terus kebuang kan sayang,” ucapnya.
Dana yang dibutuhkan untuk pengadaan dua alat tersebut Rp 19 miliar. Namun, pemkot tidak menanggung seluruh biaya tersebut. Pengadaannya dilakukan secara patungan.
Politikus PDIP itu mengungkapkan bahwa pemkot sangat bisa menghibahkan anggaran untuk PMI. Sebab, dalam UU Nomor 1 Tahun 2018 tentang Kepalangmerahan, dijabarkan bahwa penyelenggara kepalangmerahan bukan hanya PMI, melainkan juga pemerintah pusat maupun daerah.