Jawa Pos

Terus Melatih dan Merangkai agar Tak Pikun

-

SURABAYA, Jawa Pos – ”Saya sudah tahu kalau mau difoto. Makanya saya dandan cantik,” kata Wayan Sutiari Mastoer ketika ditemui di kediamanny­a di Medokan Asri Utara akhir pekan lalu. Nenek empat cucu itu lantas berpose dan memasang ekspresi terbaiknya. Perempuan pengusaha bunga kering berlabel Semi Indah tersebut terlihat cergas meski usianya sudah 82 tahun.

Hingga kini, Wayan masih menekuni hobi sekaligus bisnisnya. Yakni, rangkaian bunga kering. Dia juga ikut aktif merangkai meski hasilnya tak banyak. ”Kadang sepuluh, kadang tiga puluh, sekarang enggak terlalu ngoyo seperti dulu,” kata perempuan asli Bali itu. Bukan hanya bunga, Wayan juga memanfaatk­an limbah tumbuhan kering lainnya. Misalnya, kelobot pisang, cemara, dan pandan.

”Ini dari saya merintis usaha sampai sekarang masih tetap diproduksi. Peminatnya juga banyak,” tuturnya sambil menunjuk bunga merah kering yang merekah dengan diameter 20 sentimeter. Ibu tiga anak itu mengklaim produk-produknya telah dipasarkan hingga luar negeri. Di antaranya, Amerika Serikat, Jepang, dan Malaysia. Saat ini dia dibantu tiga pegawai dan anak keduanya, Ambar Andayani Mastoer, untuk mengelola bisnis tersebut.

Peraih penghargaa­n Kalpataru 2006 untuk kategori pelestari lingkungan itu juga masih sering melatih hingga ke luar kota. Ambar menyebut tidak membatasi kegiatan ibunya karena hal itu bisa membantu agar kepikunann­ya tidak bertambah. Tiga tahun lalu Wayan memang divonis mengalami pikun ringan oleh dokter. ”Kalau ada kegiatan, jelas akan berkurang kepikunann­ya. Mama juga senang ketemu banyak orang,” tutur Ambar.

Kegiatan merangkai bunga juga dirasa sangat membantu memori Wayan tetap kuat. ”Saat merangkai bunga, pasti ada urutan-urutannya, teknik menempel yang benar. Itu jelas meringanka­n kepikunan tersebut,” papar Ambar. Benar saja, Wayan masih bisa menjelaska­n jenis-jenis bunga, biji-bijian, serta nama-nama rangkaian yang pernah diciptakan­nya.

Wayan merintis usahanya bersama mendiang suaminya sejak 1994, tepat saat mereka pensiun. Kekaguman Wayan terhadap keindahan bunga membuatnya memiliki kebiasaan unik. Yakni, memunguti bunga-bunga yang berjatuhan di jalan, lantas menyimpann­ya. ’’Dianggap aneh sama suami awalnya, tapi justru dia membantu saya untuk memanfaatk­an bunga-bunga kering itu,’’ katanya.

Pembuatan rangkaian bunga kering, kata Wayan, cukup mudah. Mulanya, dia dan pegawainya mengumpulk­an tanaman yang sudah layu. Mereka lantas membersihk­an dan mengeringk­annya.

Kemudian membentukn­ya sesuai dengan keinginan. Tanaman-tanaman kering itu diberi warna sesuai kreasi masingmasi­ng. ’’Agar awet dilapisi resin, bisa juga ditambahka­n silica gel untuk hiasan yang ditaruh di dalam pigura,’’ katanya.

Saat menghadiri pameran, Ambar mengaku ibunya paling bersemanga­t melayani para pelanggan. Wayan akan menjelaska­n kepada pelanggan apa yang menarik dari produknya. Bahkan, dia gemar meladeni proses tawarmenaw­ar. ”Mama malah seneng, apalagi kalau ada wartawan yang mampir di sela-sela pameran, pasti Mama minta foto bareng,” tutur Ambar yang sering mendamping­i Wayan kala menghadiri kegiatan di luar kota.

Karena aktivitasn­ya yang masih padat, Wayan selalu menjaga pola makan. ”Terutama minum susu tiap pagi ketika sarapan,” imbuhnya. Dia juga selalu menyempatk­an diri untuk melakukan olahraga ringan seperti treadmill di dalam rumah.

 ?? ALFIAN RIZAL / JAWA POS ?? BERMANFAAT UNTUK KESEHATAN: Wayan Sutiari Mastoer menunjukka­n kemampuann­ya merangkai bunga kering di kediamanny­a di Medokan Asri Utara akhir pekan lalu.
ALFIAN RIZAL / JAWA POS BERMANFAAT UNTUK KESEHATAN: Wayan Sutiari Mastoer menunjukka­n kemampuann­ya merangkai bunga kering di kediamanny­a di Medokan Asri Utara akhir pekan lalu.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia