Jawa Pos

Bot dan ”Jembatan” Tak Bisa Jadi Penyelamat

Acqua alta kembali menghanyut­kan seluruh permukaan Kota Venesia, Italia, Selasa (12/11). Bencana rob yang datang setiap tahun itu hampir membuat pendudukny­a berlutut putus asa. Mereka khawatir kota tercinta mereka hilang jika pencegahan tak segera dilakuk

- MOCHAMAD SALSABYL AD’N, Jawa Pos

SEPATU bot dan payung. Itulah hal yang wajib dibawa di Kota Venesia menjelang akhir tahun. Dua senjata tersebut paling ampuh untuk mengatasi musim hujan di wilayah laguna Italia yang termasyhur itu. Pengelola hotel pun menyediaka­n bot plastik sekali pakai bagi turis yang tak membawa perlengkap­an.

Keindahan Venesia yang mengambang di perairan payau terus menarik wisatawan dari berbagai penjuru dunia. Pajak masuk dan menginap tak lantas membuat turis mengurungk­an niat untuk berkunjung. Apalagi ”hanya” acqua alta.

Bagi beberapa turis, banjir di kota tua tersebut merupakan salah satu atraksi. Banyak yang mengabadik­an momen dengan berswafoto. Beberapa nekat berenang di tengah banjir bandang. Namun, pandangan penduduk Venesia jelas berbeda. ”Kami sedang bertekuk lutut,” ujar Wali Kota Venesia Luigi Brugnaro sebagaiman­a yang dilansir Associated Press.

Berbeda dengan turis kota yang tinggal sementara, warga Venesia harus berurusan dengan bencana tersebut setiap tahun. Saat kota tenggelam, mereka harus merelakan kursi, meja, dan karpet untuk dijadikan ”jembatan” sementara di jalanan. Setelah banjir, mereka harus memperbaik­i rumah dan tempat usaha.

Perasaan mereka makin pedih saat acqua alta datang tahun ini. Banjir rob yang dipicu badai besar itu sangat mengerikan. Pemerintah mencatat ketinggian air mencapai 1,87 meter. Bencana terbaru mendekati rekor rob 1966, yakni 1,94 meter.

”Rasanya seperti kiamat. Saya sampai bergidik,” ucap Marina Vector, pemilik toko oleh-oleh di Venesia, kepada Agence France-Presse.

Dia bersama suaminya menjalanka­n toko Bauta, topeng festival khas Venesia, di wilayah St Mark’s Square. Wilayah tersebut merupakan titik terendah di Venesia sekaligus yang paling terdampak acqua alta.

Seperti penduduk lainnya, Vector punya cara untuk mencegah tokonya kemasukan air. Saat mendengar sirene peringatan banjir, mereka langsung memasang penghalang dari marmer di pintu masuk. Sayangnya, badai Selasa malam lalu terlalu ganas dan penghalang yang dipasang pecah. Semalaman, Vector dan suaminya menggunaka­n ember untuk mengeluark­an air dari toko mereka. ”Semuanya hilang,” katanya.

Christina, penduduk lokal lainnya, hampir menangis mengingat pemandanga­n malam itu. Dia melihat ”jembatan” yang dibuat dari kursi dan meja sudah tersapu banjir. Orang-orang yang mencari tempat aman terpaksa memanjat lewat jendela. ”Saya tidak pernah melihat bencana seperti ini seumur hidup saya,” ungkapnya.

Pemerintah sudah mengutus 150 pemadam kebakaran untuk melakukan misi penyelamat­an. Dalam semalam, mereka melakukan 250 misi penyelamat­an. Masih ada pekerjaan rumah (PR) untuk memindahka­n perahu dan kapal yang terdampar di jalanan.

Pierpaolo Campostrin­i, anggota dewan gedung basilika St Mark, menyatakan bahwa skala banjir seperti Selasa lalu hanya terjadi lima kali dalam catatan katedral. Namun, yang paling mengkhawat­irkan adalah tiga di antara lima insiden parah itu terjadi dalam 20 tahun terakhir. Termasuk acqua alta tahun lalu yang mencatat ketinggian air hingga 1,56 meter.

”Saya tidak bergurau. Sebanyak 80 persen kota tenggelam,” ujar Gubernur Veneto Luca Zaia kepada stasiun televisi Mediaset.

BBC melansir, ada dua korban jiwa akibat bencana tersebut. Salah satunya adalah lansia yang tersetrum saat ingin menghidupk­an pompa penyedot air. Kebakaran juga terjadi di Museum Ca’ Pesaro setelah terjadi korsleting.

 ?? LUCA BRUNO/AP ?? KOTA YANG BASAH: Seorang wisatawan mendorong kopernya yang mengambang di Lapangan Santo Markus, Venesia, kemarin.
LUCA BRUNO/AP KOTA YANG BASAH: Seorang wisatawan mendorong kopernya yang mengambang di Lapangan Santo Markus, Venesia, kemarin.
 ?? LUCA BRUNO/AP ?? KULOT PLASTIK: Seorang perempuan melindungi celananya dengan plastik sampah saat berjalan di Venesia.
LUCA BRUNO/AP KULOT PLASTIK: Seorang perempuan melindungi celananya dengan plastik sampah saat berjalan di Venesia.
 ?? ANDREA MEROLA/EPA-EFE ?? WISATA BENCANA: Para turis dan warga Venesia melintas di dekat kapal yang terdampar akibat banjir bandang kemarin.
ANDREA MEROLA/EPA-EFE WISATA BENCANA: Para turis dan warga Venesia melintas di dekat kapal yang terdampar akibat banjir bandang kemarin.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia