Jawa Pos

Bikin Hujan Buatan hingga Peyek Larva

Inovasi Kampung dalam Surabaya Smart City 2019

-

RT 8, RW 7, SIMOMULYO

• •

Kampung hijau sistem hidroponik Hasilnya jajanan sehat yang dijual

KAMPUNG SIMOKALANG­AN

Inovasi hujan buatan di lorong gang

• Mengurangi polusi udara • Menyegarka­n perkampung­an saat terik • Menyiram tanaman kampung

RT 4, RW 5, SIMOMULYO BARU

• Pengolahan dan pemanfaata­n sampah

rumah tangga hingga tidak tersisa. • Punya rumah pengolahan sampah organik dengan Bio Konveksi Black Soldier Fly.

• Budi daya larva maggot sebagai pengolah sampah organik menjadi pakan ternak.

• Sampah organik yang dihasilkan

dimanfaatk­an sebagai pupuk tanaman.

SURABAYA, Jawa Pos – Setiap kampung terus berinovasi dan menunjukka­n kebolehan serta keunggulan masing-masing dalam program Surabaya Smart City (SSC) 2019. Misalnya, RT 8, RW 7, Simokalang­an, dan RT 4, RW 5, Simomulyo Baru. Masing-masing punya unggulan yang berbeda. Keunggulan tersebut ditunjukka­n dalam penjurian lapangan SSC di Surabaya Barat kemarin (13/11).

Ketua RT 8, RW 7, Simomulyo, Sukomanung­gal, Nugroho mengatakan bahwa kampungnya mengunggul­kan kampung hijau lewat budi daya tanaman sayur serentak dengan sistem hidroponik. Tanaman hijau tersebut tidak hanya dikonsumsi dalam bentuk masakan sayur. Tetapi juga diolah menjadi aneka ragam kue sehat.

Pria 44 tahun itu mengatakan, setidaknya ada sekitar 25 macam kue yang dibuat dari sayuran hidroponik hasil panen kampungnya tersebut.

Pengolahan makanan itu dikembangk­an UKM kampung dan sudah dipasarkan. Nugroho menuturkan, baru awal pengembang­an sudah ada pemasukan sekitar Rp 8 juta dari hasil penjualan kue olahan UKM tersebut.

Sementara itu, Kampung Simokalang­an

menghadirk­an inovasi hujan buatan di lorong gang.

Di sisi lain, RT 4, RW 5, Simomulyo Baru, Sukomanung­gal, mengunggul­kan masyarakat guyub rukun serta kompak bergotong royong. Selain itu, kampung di Jalan Simopohama­n Baru tersebut punya pengolahan dan pemanfaata­n sampah rumah tangga hingga tidak tersisa. Kampung itu memiliki rumah pengolahan sampah organik dapur dengan Bio Konveksi Black Soldier Fly dan budi daya larva maggot sebagai pengolah sampah organik menjadi pakan ternak.

Ketua RT 4 Waseto mengatakan, rumah budi daya larva ditujukan untuk mengembang­biakkan maggot dari lalat hitam. Lalat tersebut lantas dibesarkan dan diberi makan dengan sampah rumah tangga hingga besar. Nah, larva itu bisa jadi pakan ternak seperti bebek dan lele. Bukan hanya itu, ada juga warga yang mengolahny­a menjadi peyek.

Sudi Waluyo, salah satu inovator maggot, mengatakan bahwa sampah yang dihasilkan dari konsumsi larva tersebut dimanfaatk­an lagi menjadi pupuk tanaman.

 ?? HISYAM/JAWA POS ?? KANGKUNG HIDROPONIK: Nugroho (dua dari kanan), ketua RT 8, RW 7, Simomulyo, Sukomanung­gal, menjelaska­n tanaman hidroponik kepada mahasiswa yang berkunjung ke kampung tersebut kemarin.
DARI LARVA: Warga RT 4, RW 5, Simomulyo Baru, Sukomanung­gal, menunjukka­n peyek maggot yang dihasilkan kampung mereka kemarin.
HISYAM/JAWA POS KANGKUNG HIDROPONIK: Nugroho (dua dari kanan), ketua RT 8, RW 7, Simomulyo, Sukomanung­gal, menjelaska­n tanaman hidroponik kepada mahasiswa yang berkunjung ke kampung tersebut kemarin. DARI LARVA: Warga RT 4, RW 5, Simomulyo Baru, Sukomanung­gal, menunjukka­n peyek maggot yang dihasilkan kampung mereka kemarin.
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia