Cinta Mati sama Balet
Tak Ada Kata Pensiun di Kamus Hidup Marlupi
SURABAYA, Jawa Pos – Balet dan Marlupi Sijangga adalah tumbu ketemu tutup. Pas dan tak bisa dipisahkan. Meski usianya sudah memasuki kepala 8, aktivitasnya tak sedikit pun melambat. Dengan rambut yang senantiasa dipotong pendek, ibu tiga anak itu tetap ke sana kemari menemani muridmuridnya tampil. Bahkan, pendiri Marlupi Dance Academy tersebut mengaku masih aktif mengajar langsung anak didiknya menari balet.
Kesigapannya tampak ketika perempuan 82 tahun itu menyiapkan anak didiknya untuk pentas di Gedung Pertunjukan Balai Pemuda akhir pekan lalu. Marlupi tampak sibuk mengatur murid-muridnya untuk bergerak dengan benar dan mengatur posisi mereka. ’’Saya terjun sendiri memang karena hobi,’’ katanya. Dia bercerita, mulai kecil hingga sekarang, dirinya memang sangat hobi menari balet. ’’Bahkan menonton aja sudah jadi hobi,’’ imbuhnya.
Mendampingi murid-muridnya yang berprestasi hingga ke luar negeri pun dilakoni karena memang sudah hobi dan sangat mencintai balet. Ternyata, hal yang memotivasinya untuk tetap terjun langsung adalah ingin Indonesia punya guru balet yang benar-benar berbakat. ’’Jadi, nggak perlu harus impor guru luar negeri. Karena balet Indonesia ini sudah bagus,’’ terangnya.
Marlupi mengaku keinginannya mulai terwujud. Sejak 2018, sekolah balet yang didirikannya 63 tahun lalu sudah tidak mengimpor guru luar negeri. Dia punya cucu yang sangat berbakat, Claresta Alim. ’’Sekarang dia diundang di seluruh dunia. Bisa dikatakan begitu. Baru-baru ini dia diundang ke Jepang, Malaysia itu berkali-kali, Singapura, dan yang akan datang ke Tiongkok. Dulu kita selalu impor. Sekarang Indonesia sudah cukup kuat baletnya,’’ terangnya.
Perempuan kelahiran Surabaya, 13 Maret 1937, itu juga menyatakan tidak ada rencana untuk pensiun. ’’Tidak boleh sama anak saya. Katanya, kalau mama nanti pensiun, bisa pikun. Sayang, karena mama masih bisa berkreasi dan mengajar,’’ ujarnya menirukan katakata Fifi Sijangga, putri pertamanya.
Seperti halnya dalam pertunjukan pekan lalu, ide untuk bikin The Swan Lake versi modern datang dari dirinya sendiri. ’’Terus tari Gugur Bunga yang ditampilkan sebelum The Swan Lake untuk memperingati perjuangan para pahlawan juga. Semua ide dari saya,” sambungnya.
Perempuan tujuh cucu tersebut menuturkan, aktivitasnya dapat memberikan dampak yang baik untuk ingatannya. Selain itu, aktif bergerak membuat kesehatan tubuhnya terjaga. ’’Soalnya gerakan balet itu sangat sulit. Jadi, kita mesti belajar step-step yang nggak boleh dilupakan. Tiap bikin gerakan apa dalam satu hitungan dua kali delapan, empat kali delapan mesti harus inget. Kalau nggak inget, ya susah,’’ ceritanya.
Dari situ, dia mengaku ingatannya terus dipacu agar tidak berhenti bekerja. Melatih murid-muridnya pun menjadi alasan agar dia tidak lupa dengan gerakangerakan balet. ’’Karena harus mengingat gerakannya, jadi ya terus terlatih mengingat hingga sekarang,’’ ujar ibu tiga anak tersebut.