Solar Langka di Pantura, Truk Nginap di SPBU
JAKARTA, Jawa Pos – Kelangkaan solar terjadi di Jawa Timur, terutama di kawasan pantura, dalam beberapa hari terakhir. Di Tuban, misalnya, belasan truk tidak bisa melanjutkan perjalanan dan memutuskan parkir di area SPBU lantaran stok solar habis.
Mustakim, salah seorang pengemudi truk, kepada Radar Tuban menuturkan, solar langka sejak sepekan terakhir
Dia tak mendapati solar pada SPBU di sepanjang rute Sidoarjo hingga Tuban yang dilaluinya. ”Sudah satu minggu ini sulit cari solar. Jadi, terpaksa menginap di sini,” kata Mustakim yang telah semalam menginap di SPBU Jalan Wahidin Sudiro Husodo kemarin.
Berdasar pantauan, penumpukan truk terjadi di hampir semua SPBU di sepanjang jalur pantai utara. Tidak hanya di SPBU Pertamina, kondisi serupa terlihat di SPBU AKR.
Di Lamongan, sejumlah SPBU juga kehabisan solar. Salah satunya SPBU Plosowahyu. Menurut Muflikh, seorang petugas di SPBU tersebut, kepada Radar Lamongan, pasokan solar dari Pertamina kini disamaratakan. Akibatnya, jatah solar di beberapa SPBU dikurangi. SPBU di pinggir jalan nasional tersebut awalnya mendapatkan jatah 16 kiloliter (kl). ”Sekarang setiap hari diberi 8 kiloliter. Tidak cukup lah kalau segitu,” ujar Muflik.
Kelangkaan solar juga berimbas ke nelayan di Kecamatan Pademawu, Pamekasan. Mereka ditolak saat menyodorkan jeriken untuk mengisi solar di SBPU. Akibatnya, kini nelayan tidak bisa melaut. ”Kalau motor diperbolehkan. Saya (bawa jeriken) tidak dapat jatah dan akhirnya pulang,” ungkap Fatha, nelayan asal Dusun Sorok, Desa Pagagan, Pademawu, dikutip Radar Madura. Peristiwa itu terjadi Rabu malam (13/11) di SPBU Larangan Tokol.
Dalam situasi solar langka, tidak semua masyarakat bisa mengisi dengan menggunakan jeriken. Nelayan harus memiliki surat rekomendasi pembelian BBM. Surat itu dikeluarkan Dinas Perikanan Pamekasan.
Sementara itu, VP Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman menegaskan, sebenarnya tidak ada kelangkaan solar bersubsidi. Pertamina hingga saat ini terus mengupayakan pemerataan dan percepatan distribusi solar, khususnya ke wilayah yang dilaporkan stoknya kosong. ”Tidak ada kelangkaan sebenarnya. Justru penyalurannya (solar bersubsidi, Red) lebih tinggi dibanding tahun lalu,” ujar Fajriyah kepada Jawa Pos tadi malam.
Sebagai gambaran, Fajriyah memaparkan, realisasi penyaluran solar bersubsidi sampai 25 September 2019 sebanyak 11,67 juta kl atau 80,46 persen dari kuota. Normalnya, dengan perbandingan periode yang sama tahun lalu, realisasi per 25 September 2019 seharusnya sekitar 73,42 persen dari kuota.
Mengenai alasan kosongnya stok di sejumlah SPBU, Pertamina menyinggung penyaluran BBM bersubsidi yang tepat sasaran. Fajriyah menyebutkan, yang terjadi di lapangan hingga kini, BBM bersubsidi –khususnya solar– masih sering dikonsumsi masyarakat yang secara ekonomi tergolong mampu.
”Bahwa barang subsidi hanya untuk yang berhak. Kalau BBM nonsubsidi sangat amat cukup dipasarkan,” tegasnya.
Sebagai solusi dari permasalahan kosongnya stok, Fajriyah mengatakan, Pertamina sedang melakukan alih suplai untuk memastikan pemerataan penyaluran dan melakukan percepatan distribusi untuk pelayanan ke masyarakat yang lebih optimal.