Imbau UKM Manfaatkan Warehouse
SIDOARJO, Jawa Pos – Perusahaan e-commerce Lazada agresif menggaet usaha kecil dan menengah (UKM) agar mau memanfaatkan warehouse atau gudangnya. Dengan begitu, para pelaku UKM bisa menekan biaya operasional sekaligus mengalokasikan sebagian besar waktu mereka untuk memikirkan pengembangan bisnis.
Head of Surabaya Warehouse Lazada Indonesia Guntur Wasiso menyebutkan, saat ini Lazada memiliki 12 gudang di seluruh Indonesia. Khusus di Jatim, ada dua warehouse Lazada. Yaitu, di Sidoarjo dan Osowilangun, Gresik. ’’Yang terbesar memang di Sidoarjo ini. Luasnya 9.000 meter persegi dengan kapasitas penyimpanan barang mencapai sejuta item,’’ jelasnya kemarin (14/11).
Sayangnya, lanjut Guntur, dari kapasitas penyimpanan sejuta itu, tingkat keterisiannya masih kecil. Hanya sekitar 300 ribu item. Komposisinya, 70 persen diisi ritel besar dan 30 persen untuk produk UKM.
Tujuan utama Lazada membangun gudang di tanah air adalah mendekatkan diri kepada seller dan konsumen. Dulu, sebelum ada gudang di Jatim, seller terpaksa menaruh barangnya di gudang Lazada di Jakarta. Karena itulah, dibutuhkan upaya lebih besar dan waktu yang lebih lama. Akibatnya, barang juga lama sampai ke tangan konsumen. Selain itu, ongkir (ongkos kirim) lebih mahal.
’’Dengan adanya gudang di sini, kami bisa membantu konsumen dan seller di Jatim lebih cepat dalam mendapatkan dan mengirim barang,’’ papar Guntur.
SVP Traffic Operations Lazada Indonesia Haikal Bekti Anggoro mengungkapkan, gudang mereka punya layanan FBL (fulfillment by Lazada). FBL adalah layanan manajemen logistik yang disediakan Lazada untuk membantu pelaku usaha mengelola operasional bisnis. Di antaranya, jasa penyediaan pikap barang dari tempat seller, gudang penyimpanan untuk barang seller, dan packing barang untuk seller. Selain itu, Lazada melayani retur barang dari pelanggan ke gudang Lazada.
JAKARTA, Jawa Pos – Sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia adalah pasar yang potensial bagi industri halal. Namun, untuk sektor industri satu itu, Indonesia masih tertinggal jauh dari Malaysia. Padahal, Indonesia merupakan konsumen terbesar makanan halal dunia dengan nilai ekonomi mencapai USD 197 miliar (sekitar Rp 2.776 triliun).
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo gemas dengan kondisi tersebut. Seharusnya, Indonesia bisa menempati peringkat pertama industri halal dunia, bukan berada pada peringkat kesepuluh seperti sekarang. Kemarin (14/11), dalam rangkaian kegiatan Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2019, dia memaparkan lima langkah strategis untuk mendongkrak potensi industri halal.
(daya saing), (sertifikasi), coordination (koordinasi), campaign (publikasi), dan cooperation (kerja sama),’’ kata Perry saat menjadi pembicara dalam konferensi INHALIFE bertajuk Creating Halal Champions Accessing to the Global Halal Markets: From Potency to Reality. Implementasi lima langkah itu, menurut dia, adalah kunci untuk menjadikan Indonesia sebagai basis produksi industri halal global, bukan sekadar pasar.
Dalam kesempatan yang sama, Menkeu Sri Mulyani Indrawati menyebutkan bahwa Indonesia harus belajar dari Malaysia dalam mengelola ekonomi syariah. Meski industri halal dan ekonomi syariah di Indonesia sudah berkembang cukup pesat, konsep syariah tidak cukup populer di tanah air. ’’Indonesia akan belajar dari Malaysia bagaimana mereka bisa berhasil,’’ jelasnya kemarin.