Jawa Pos

Kini Berdiri Berhadapan sebagai Pelatih Kiper dan Penjaga Gawang

Dulu Ferry Rotinsulu dan Galih Sudaryono berdiri sejajar berebut tempat utama di bawah mistar gawang. Kini relasi tersebut berganti. Ferry dan Galih berdiri berhadapan sebagai pelatih kiper dan penjaga gawang Sriwijaya FC Palembang.

-

MIFTAKHUL F.S., Sidoarjo

GALIH Sudaryono begitu antusias mendengark­an instruksi Ferry Rotinsulu. Dengan penuh semangat pula, kiper asal Semarang itu mengikuti arahan Ferry. Terbang, bangun, dan terbang lagi. Berlari cepat ke depan, lantas melompat. Semua dilakoni Galih tanpa rasa canggung. Demikian pula Ferry. Lelaki 36 tahun tersebut tidak canggung memberikan instruksi kepada Galih.

Begitulah aktivitas yang dijalani keduanya sebelum laga Sriwijaya FC kontra Mitra Kukar di Gelora Delta Sidoarjo Rabu lalu (13/11). Pemandanga­n serupa terjadi pada hari-hari sebelumnya. Saat Laskar Wong Kito –julukan Sriwijaya FC– berlatih.

Memang sesekali ada canda tawa saat jeda latihan. Tetapi, ketika menu latihan dijalankan, keduanya begitu serius melakoni tugasnya. Ferry sebagai pelatih kiper. Sedangkan Galih berdiri di bawah mistar gawang sebagai kiper. ’’Mental dia (Galih) bagus,’’ kata Ferry seraya menunjuk Galih. ’’Saya malah senang dilatih Ferry. Dia tahu betul kekurangan dan kelebihan saya,’’ timpal Galih yang kini menapaki usia 32 tahun.

Relasi keduanya terbilang unik. Jauh sebelum keduanya bersatu di Sriwijaya FC, Ferry dan Galih merupakan sejawat di lapangan hijau. Dulu mereka berdiri sejajar berebut tempat utama di bawah mistar. Bahkan, saat Asian Games 2006,

Ferry dan Galih merupakan bagian dari skuad timnas Indonesia.

Berbulan-bulan berlatih bersama. Jalan bersama. Tidur pun di kamar yang sama. Meski bersaing untuk menjadi kiper utama, keduanyake­rapberdisk­usisoalpos­isimereka sebagai penjaga gawang. Tak terkecuali menyangkut­kelebihand­ankekurang­anmasing-masing. Saat terjun ke kompetisi Liga Indonesia, Ferry dan Galih pun bersaing menjadi yang terbaik jika kesebelasa­n yang mereka bela bertemu di lapangan.

Tetapi, saat ini relasi itu berganti. Ferry kini menjadi pelatih Galih. ’’Tidak ada masalah dengan status ini. Kami justru nyaman satu sama lainnya,’’ ujar Galih.

Ferry mengatakan, dirinyalah yang mengajak Galih bergabung ke Sriwijaya FC. ’’Sebelumnya dia berpikir untuk pensiun. Tetapi, saya bujuk dia untuk tetap bermain. Sebab, mau ke mana dia kalau tidak bermain. Hidupnya itu di sepak bola,’’ papar Ferry.

Galih pun luruh dengan ajakan Ferry. Mantan kiper Persija Jakarta dan Persiba Balikpapan itu mengikuti langkah koleganya tersebut ke Sriwijaya FC. Meskipun, status mereka tidak lagi berdiri sejajar. Tetapi, mereka berdiri berhadap-hadapan sebagai pelatih kiper dan penjaga gawang.

Namun, hal itu tak menjadikan Galih dan Ferry canggung. Pertemanan yang terjalin lama justru menguatkan relasi keduanya sebagai pelatih kiper dan penjaga gawang. ’’Saya lebih mudah memberikan arahan. Sebab, kami sudah saling mengenal,’’ ujar Ferry yang semasa aktif sebagai pemain lama berkostum Sriwijaya FC.

Dan seperti yang disebutkan Galih sebelumnya, kekurangan dirinya makin terkikis seiring dengan menu latihan yang diberikan Ferry. Permainann­ya pun makin baik meski usianya tidak muda lagi. Ferry pun memberikan kepercayaa­n kepada Galih menjadi kiper utama Sriwijaya FC.

 ?? MIFTAKHUL F.S./JAWA POS ?? SALING MEMAHAMI: Ferry Rotinsulu (kiri) dan Galih Sudaryono.
MIFTAKHUL F.S./JAWA POS SALING MEMAHAMI: Ferry Rotinsulu (kiri) dan Galih Sudaryono.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia