Sholeh Deklarasikan Gandeng Taufik Monyong
SURABAYA, Jawa Pos – Pendaftaran bakal calon wali kota (bacawali) di DPC Gerindra ditutup hari ini (15/11). Kemarin (14/11) ada dua nama lagi yang mengembalikan formulir. Mereka adalah mantan caleg PPP Ali Azhara alias Gus Ali dan Wakil Ketua DPD Golkar Jatim Zahrul Azhar As’ad alias Gus Hans. Keduanya merupakan tokoh nahdliyin.
Gus Hans datang pukul 10.00 bersama puluhan orang yang menamakan diri Relawan Kopiah Ireng. Ada pula sebagian alumni Pondok Pesantren (Ponpes) Darul Ulum, Jombang. Ketua DPC Gerindra Surabaya B.F. Sutadi bersama Ketua Tim Penjaringan Bacawali Bagiyon melakukan pertemuan secara tertutup di ruang rapat.
Menurut Gus Hans, tidak ada pembahasan khusus dalam pertemuan tertutup itu. Yang dibahas hanya seputar programprogram untuk memajukan Kota Surabaya. ”Visi kami sama, ingin bersama-sama membangun Surabaya agar lebih baik,” ucap mantan juru bicara Khofifah
Indar Parawansa itu.
Terkait dengan kesiapan logistik, Gus Hans memastikan bahwa semua sudah dipersiapkan. Dia mengapresiasi Partai Gerindra yang menanyakan hal tersebut di depan. Yakni melalui format pertanyaan soal strategi pembiayaan yang dipaparkan dalam bentuk esai.
Untuk tim pemenangan, wakil rektor I Universitas Darul Ulum (Unipdu) Jombang itu mengklaim sudah memiliki banyak relawan. Jumlahnya ribuan. Mereka berasal dari ikatan alumni santri Ponpes Darul Ulum.
Menurut Gus Hans, itu merupakan keunggulannya dan tidak mungkin dimiliki kandidat lain.
Sebab, salah satu kelompok yang mendorongnya maju sebagai calon wali kota adalah alumni Ponpes Darul Ulum. ”Dukungan yang mereka berikan tidak berdasar rupiah. Tapi, lebih pada ikatan emosional,” jelasnya.
Tidak berselang lama setelah Gus Hans meninggalkan kantor, Gus Ali datang dengan membawa berkas yang berisi formulir pendaftaran seorang diri. Gus Ali ditemui Sutadi dan beberapa staf partai. Pengusaha properti itu mengaku sudah menyiapkan segala keperluan untuk menghadapi pilwali tahun depan. Baik tim pemenangan maupun pendanaan. Namun, dia belum mau membuka kartu. ”Nanti akan tahu sendiri. Semua sudah siap,” tuturnya.
Gus Ali mengatakan sudah menjalin komunikasi politik dengan beberapa tokoh ulama maupun politisi. Juga beberapa partai politik. Sebab, dibutuhkan dukungan minimal 10 kursi di DPRD untuk bisa maju dalam pemilihan kepala daerah di Surabaya.
Menurut Gus Ali, ada beberapa kesamaan antara dirinya dan Gus Hans. Salah satunya, samasama pernah berada dalam satu tim pemenangan saat Khofifah maju sebagai calon gubernur Jatim. Mantan ketua umum Pengurus Besar Pergerakan Penganut Khittah Nahdliyyah (PB PPKN) itu merupakan anggota tim sukses Khofifah.
Meski demikian, mantan aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) itu menyatakan tidak ingin dikait-kaitkan dengan sosok Khofifah. Niatnya maju dalam pilwali Surabaya tahun depan murni berasal dari dorongan sejumlah tokoh ulama dan masyarakat. ”Sebagai bentuk keseriusan, saya mendaftar ke sejumlah partai. Itu juga bagian dari komunikasi politik yang harus dilakukan,” kata salah satu pengasuh Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, tersebut.
Di sisi lain, Sutadi menuturkan, saat ini sudah ada lima orang yang mengembalikan formulir pendaftaran.
M. SHOLEH, bakal calon wali kota yang menempuh jalur independen, memutuskan untuk menggandeng Taufik Hidayat alias Taufik Monyong. Kesamaan dalam banyak hal membuat Sholeh mengambil langkah tersebut.Keduanyamendeklarasikan pencalonan mereka di pelataran rumah HOS Tjokroaminoto kemarin (14/11).
Dalam deklarasi sekitar pukul 14.30 itu, Sholeh dan Taufik berbaju putih. Taufik mengenakan udeng bersama para pendukungnya. ”Udeng ini juga bisa berarti mudeng (mengerti, Red). Mudeng persoalan rakyat Surabaya,” ujar Taufik yang dikenal sebagai seniman tersebut.
Sholeh menyatakan alasan untuk memilih Taufik sebagai pasangannya. Salah satunya, ada banyak kesamaan dan kebersamaan yang telah mereka jalin. Sholeh mengaku mengenal Taufik sejak kuliah. Dia berkuliah di Universitas Wijaya Kusuma. Sementara itu, Taufik berkuliah di Universitas Negeri Surabaya (Unesa). ”Bedanya, saya advokat.
Taufik ini di jalur budaya. Dia seniman,” ungkapnya.
Taufik juga optimistis bisa membantu Sholeh untuk mengumpulkan syarat dukungan KTP tersebut. Dia mengaku mempunyai banyak kolega dan kerabat yang siap untuk membantu. ”Ini yang pakai udeng ini. Mau digerakkan berapa ratus tinggal kami perintah. Hari ini nggak kerja mereka,” kata Taufik.