Jawa Pos

RENCANA BELANJA PEJABAT DAN PEGAWAI DI PEMKAB GRESIK

- Belanja untuk Publik di RAPBD 2020 Tetap Kalah Tinggi

GRESIK, Jawa Pos – Penggunaan dana dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2020 sejauh ini terbilang belum ada perubahan yang signifikan. Betapa tidak. Alokasi dana untuk kepentinga­n publik masih kalah dengan pengeluara­n untuk gaji dan operasiona­l pegawai di lingkungan Pemkab Gresik.

Pada RAPBD 2020 yang saat ini dibahas, belanja daerah diproyeksi­kan mencapai Rp 3,79 triliun. Dari jumlah itu, jumlah pengeluara­n untuk pejabat dan pegawai masih relatif tinggi. Salah satunya untuk keperluan gaji (untuk gajitunjan­gan) Rp 1,001 triliun dan tunjangan yang masuk di pos belanja tak langsung. Total dana yang dialokasik­an menembus Rp 1,001 triliun.

Persentase dana untuk gaji dan tunjangan tersebut sekitar 26,8 persen dari total belanja. Jika dibandingk­an dengan APBD 2019, anggaran sektor itu naik hingga Rp 143 miliar. Jumlah tersebut belum termasuk anggaran untuk pegawai di pos belanja tak langsung yang biasa dipakai untuk kebutuhan honorarium (untuk honorarium) Rp 70,008 miliar (sebagian untuk keperluan pegawai) Rp 923 miliar kegiatan. Total anggaranny­a mencapai Rp 70,08 miliar. Anggaran itu juga belum termasuk kebutuhan lain para pejabat atau pegawai. Sebut saja untuk kunjungan kerja, perjalanan dinas luar, dan beberapa kebutuhan lain.

Lalu, berapa besar anggaran untuk publik? Misalnya, pada sektor belanja modal. Dalam RAPBD 2020, kebutuhan tersebut hanya dialokasik­an Rp 825,9 miliar (21 persen). Biasanya, pos itu dipakai untuk pelaksanaa­n program yang bersentuha­n dengan kepentinga­n publik. Selain itu, ada jatah anggaran untuk belanja hibah Rp 263,4 miliar (6 persen). Lalu, belanja sosial Rp 38,6 miliar.

Anggota Badan Anggaran (Banggar) DPRD Gresik Musa tidak menampik fakta tersebut. Bahkan, dari perhitunga­n awal, belanja yang digunakan untuk keperluan pejabat dan pegawai di lingkungan pemerintah­an menembus angka 55 persen dari total belanja daerah selama 2020 mendatang. ’’Jadi, masih belum berpihak dengan kebutuhan publik,’’ ungkapnya.

Dia menambahka­n, jatah anggaran untuk pegawai tidak hanya soal gaji dan tunjangan. Namun, masih banyak anggaran lain yang dipakai untuk kebutuhan operasiona­l mereka. Mulai penyediaan alat tulis kantor (ATK), makanminum (mamin), hingga perjalanan dinas. ’’Dan itu nilainya tidak sedikit,’’ katanya.

Sebelumnya, kalangan dewan juga menyoroti rendahnya alokasi anggaran untuk sektor pendidikan pada RAPBD 2020. Bahkan, dalam empat tahun terakhir, persentase­nya menurun. Tahun depan, persentase alokasi anggaran untuk dinas pendidikan (dispendik) memang tercatat 26 persen. Namun, khusus untuk program pendidikan yang langsung ke publik, hanya 7,8 persen dari kekuatan APBD.

Padahal, sesuai dengan amanah undang-undang, alokasi anggaran pendidikan disebutkan minimal 20 persen. Angka itu di luar gaji pegawai atau biaya operasiona­l.

 ??  ??
 ?? PEMASARAN JAWA POS ?? MENGOLAH POTENSI: Warga RT 3, RW 1, Desa Sedagaran, Sidayu, memperliha­tkan beragam produk olahan dari buah kawisto. Foto kanan, warga RT 1, RW 2, Desa Mriyunan, memiliki produk unggulan berupa hasil olahan ikan.
PEMASARAN JAWA POS MENGOLAH POTENSI: Warga RT 3, RW 1, Desa Sedagaran, Sidayu, memperliha­tkan beragam produk olahan dari buah kawisto. Foto kanan, warga RT 1, RW 2, Desa Mriyunan, memiliki produk unggulan berupa hasil olahan ikan.
 ?? PEMASARAN JAWA POS ??
PEMASARAN JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia