Manfaatkan Kenong sebagai Tanda Pemanggil Merpati
Musik patrol di Kabupaten Jember berbeda dengan patrol daerah lain. Ditambah dengan dimainkannya seruling dan didendangkannya lagu Jember atau Madura, patrol Jember makin kental nuansa pendalungan.
BICARA musik Jember tentu tidak dapat dilepaskan dari musik patrol. Ya, musik patrol ini sudah menjadi tradisi dan kesenian di kota berjuluk suwar-suwir.
Ketukan alat musik perkusi dari kayu nangka ditambah iringan sang vokalis yang menyanyikan lagu Madura atau Jember menjadikan keharmonisan musik patrol itu lebih kental nuansa pendalungan. Sejak 1990an, musik patrol menjadi kebiasaan masyarakat Jember sebagai tanda memanggil merpati.
Warga Jember yang hobi memelihara merpati memanfaatkan sebuah kenong yang diketuk sebagai tanda untuk memanggil sang burung datang ke kandang. Seiring berjalannya waktu, patrol berkembang sampai menjadi kesenian musik rakyat.
Yang semula menjadi metode pemanggil merpati hingga berkembang menjadi alat komunikasi, patrol kemudian dimanfaatkan sebagai musik penanda membangunkan warga saat sahur pada bulan suci Ramadan. Sejak itulah instrumen patrol ditambah lagi. Mulai kenong, remo, ting-tung, bas besar, kleter, selingan, tamborin, dan yang paling penting seruling.
’’Ditambah alat musik agar lebih variasi. Ditambah seruling. Kalau tanpa seruling, ibarat sayur tanpa garam,’’ ucap Ketua Paguyuban Seni Musik Patrol Jember (PSMPJ) Purnomo Hadi Handoko.
Musik tradisional tersebut bahkan sudah mengakar rumput di masyarakat Jember. Sudah menjadi musik rakyat. Musik patrol juga mulai ditampilkan dalam acara-acara besar. Lalu, berkembang lagi, mulai acara pernikahan, khitan, sampai menyambut tamu-tamu kehormatan yang datang ke Jember. Jember yang merupakan kota pendalungan terasa kental dalam musik patrol itu. Unsur Madura dan Jember menjadi satu di musik rakyat tersebut. Lagu asli yang biasa dibawakan adalah lagu-lagu Madura macam Ole Olang hingga lagu asli Jember seperti Jember Pendalungan dan Jember Terbina.
Sementara itu, para penabuhnya berdandan sesuai dengan ciri khas setiap grup. Namun, pakaian asli yang dikenakan grup patrol adalah kostum Merah Putih seperti pakaian adat Madura atau pakaian lurik orang Jawa.
Selain pakaian, dandanan alat musik dibuat menarik. Kenong hingga bas besar dengan berbagai ukuran itu diwarnai sedemikian rupa dengan warna kebesaran setiap grup. ’’Sekarang, tampilan musik patrol ada dua versi. Asli dan kolaborasi. Kalau yang kolaborasi, bisa pakai lagu apa saja dan alat musiknya ditambah keyboard. Tapi, saya sendiri masih senang memakai lagu asli Madura dan Jember pakai seruling,’’ papar pria yang kerap disapa Pur tersebut.
Selain itu, ada dua versi penampilan patrol dalam beberapa acara. Untuk tampilan asli, mereka tampil di atas panggung. Seiring berkembangnya zaman dan banyaknya karnaval keliling, patrol pun menyesuaikan.
’’Sekarang, banyak yang senang parade keliling. Ya, alat musiknya dibawa disesuaikan dengan alat dorong yang sudah dimodifikasi. Tapi, kalau aslinya, hanya di pentas,’’ jelas pria 44 tahun tersebut.
Musik patrol juga dapat dikolaborasikan dengan beberapa tarian khas Jember. Sebut saja tarian lahbako atau can-macanan kadduk.