Milenial Harus Seimbangkan Ilmu Pengetahuan dan Agama
Sinau Bareng Cak Nun dan Kiai Kanjeng
SURABAYA, Jawa Pos – Senandung Ruang Rindu bergema di Kampus C Universitas Airlangga Jumat malam (15/11). Lagu yang dinyanyikan Sabrang Mowo Damar Panuluh alias Noe itu mengawali acara Sinau Bareng Cak Nun dan Kiai Kanjeng. Cak Nun, sapaan akrab Emha Ainun Nadjib, dan Sabrang mengajak ribuan anak muda yang hadir berdiskusi tentang makna milenial.
’’Milenial itu identik dengan masa depan. Jadi, kaum milenial harus bisa melihat kebutuhan negara ke depan itu seperti apa. Cari solusinya dari berbagai sisi,” ujar Cak Nun di atas panggung.
Seperti biasa, kegiatan sinau bareng selalu diawali dengan pertanyaanpertanyaan dari penonton. Terdapat sepuluh pertanyaan. Cak Nun menjawabnya dalam satu bagian yang saling berhubungan. Menurut dia, milenial harus benar-benar menyeimbangkan ilmu pengetahuan dan agama. ’’Kalau tidak seimbang kelihatan sekali, apa pun akan dibenarkan dengan dalih agama atau dalih pengetahuan,” ujar Cak Nun.
Dalam acara yang dihadiri Wakil
Rektor I Universitas Airlangga Prof dr Djoko Santoso dan Direktur Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Dr Zainal Ariefitu,CakNunmengatakan bahwa pandangan agama sangat penting terhadap suatu masalah yang akan dihadapi. Pandangan tersebut bisa menjadi penyeimbang apa pun masalahnya.Diajugamengatakanbahwa di dalam agama pasti akan ditemukan solusi dari masalah tersebut.
Perkataan itu disambung Sabrang. Menurut dia, agama ibarat sebuah rumah. Di dalam rumah tersebut, terdapat kamar-kamar. Yang berisi berbagai ilmu pengetahuan. ’’Jadi, memang tidak bisa dipisahkan,” kata vokalis Band Letto itu.
Sabrang menuturkan bahwa puncak kebenaran ilmu pengetahuan itu tidak ada. Karena ketika menemukan kebenaran, pasti akan berkembang ilmu pengetahuan yang baru lagi. Misalnya, milenial yang saat ini makin menunjukkan eksistensinya. Namun, di masa datang, pasti kejayaan tersebut diganti dengan generasi berikutnya.
’’Yang mampu bertahan di segala zamanhanyapandanganterbuka,ilmu pengetahuan yang mampu melihat dari berbagai sisi, diimbangi dengan agama,” kata alumnus University of Alberta, Kanada, itu.