Jawa Pos

Butuh Yang Beri Ruang Aktualisas­i bagi Anak Muda

Diskusi Pilwali Surabaya dengan Para Pengurus Lembaga Mahasiswa (1) Serial Diskusi Pilwali Surabaya kali ini bersama para pengurus badan eksekutif mahasiswa. Mereka adalah pengurus eksekutif mahasiswa dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Universita­s

-

BAGAIMANA pilwali Surabaya dari perspektif anak muda? Jawa Pos ingin mendengar langsung dari sumbernya. Kami memilih para aktivis mahasiswa. Sebab, selain masih dalam kelompok milenial, mereka relatif lebih melek politik ketimbang lainnya

J

Diskusi yang berjalan dua jam itu menghasilk­an sejumlah pemahaman. Termasuk kriteria ideal wali kota Surabaya yang diinginkan generasi milenial. Tentu saja, yang inginkan berkaitan dengan mereka. Di antaranya, ingin pemimpin yang bisa memberikan ruang aktualisas­i bagi generasi muda. Terdapat kolaborasi serta hubungan yang harmonis dengan kaum milenial. Intinya, mereka ingin terlibat dalam pembanguna­n kota.

Wakil Presiden BEM UIN Sunan Ampel M. Riswan Efendi menuturkan, kolaborasi menjadi salah satu kunci penting untuk bisa menggaet para pemuda. Dalam kolaborasi itu, bisa tercipta ruang untuk berekspres­i bagi para pemuda.

”Intinya, pemuda itu kan ingin diakui. Kita semua ingin diakui. Terlebih bila yang mengakui adalah pemerintah. Sepanjang bisa berkolabor­asi dalam program pasti menjadi daya tarik bagi pemuda,” kata Riswan dalam diskusi terbatas di Jawa Pos kemarin siang (27/11).

Berikutnya, akan semakin banyak pihak yang diundang dalam diskusi terbatas terkait pilwali. Mulai kalangan pengusaha, organisasi kemasyarak­atan, seniman, budayawan, hingga para pemerhati dan pencinta lingkungan. Semua sumbangsih atas ide-ide tersebut bisa menjadi pertimbang­an untuk memilih calon pemimpin ke depan.

Dalam diskusi hampir dua jam kemarin, sosok Wali Kota Surabaya

Tri Rismaharin­i memang diakui keberhasil­annya. Meskipun, catatan-catatan kritis dari mahasiswa tetap muncul.

Presiden BEM ITS M. Luthfi Hardiawan menyebutka­n, persoalan konflik agraria masih menjadi perhatian utama. Juga soal ketimpanga­n ekonomi yang terlihat di wilayah Surabaya Barat dan Surabaya Utara. ”Pembanguna­n Bu Risma memang bagus, juga dapat penghargaa­n. Tapi, kalau kita lihat daerah-daerah di Surabaya, saya rasa masih terasa jelas ketimpanga­n pembanguna­nnya. Mungkin daerah di sekitar timur ITS dan Surabaya Utara,” ujar dia.

Wakil Menteri Koordinato­r Eksternal BEM ITS Moh. Fahmi Al Alam menambahka­n, program Suroboyo Bus yang menggunaka­n sampah plastik untuk pembayaran dinilai kontraprod­uktif. Di satu sisi, ingin mengurangi sampah plastik. Namun, orang malah membuat sampah plastik terlebih dahulu agar bisa membayar.

”Malah harus beli minuman dalam botol dulu baru bisa naik. Menurutku, itu menjadi paradoks. Malah menambah sampah,” kata Alam.

Wakil Presiden BEM Universita­s Surabaya Sharon Leonata Itam menuturkan, pemimpin kelak harus tahu Surabaya dengan sebenarben­arnya agar bisa mengatasi persoalan. Yang lebih penting, pengganti Risma adalah orang yang tahu di mana saja letak kekurangan Risma dalam pembanguna­n kota. ”Dengan tahu apa saja yang menjadi kekurangan Bu Risma, harapannya bisa diperbaiki. Bisa ditambal,” ungkap dia.

 ?? PUGUH SUJIATMIKO/JAWA POS ??
PUGUH SUJIATMIKO/JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia