Konferensi Toleransi Ajak Hargai Perbedaan
JAKARTA, Jawa Pos – Pesan toleransi digaungkan dalam sebuah forum internasional di Abu Dhabi kemarin. Sejumlah tokoh dari Indonesia turut menghadiri acara yang digelar Forum for Promoting Peace in Muslim Societies tersebut. Mereka sepakat menyerukan sikap saling menghargai perbedaan.
Konferensi yang dihadiri sekitar 300 tokoh berbagai agama dari banyak negara itu mengangkat tema tolerance from possibility to necessity. Dari Indonesia, hadir mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin, Rektor UIN Jakarta Amany Lubis, Rektor Unida Gontor Amal Fathullah, Rektor IIQ Khuzaimah Y. Tanggo, dan Ketua MUI Abdullah Jaidi.
Dalam acara itu, dibahas beberapa aspek pengembangan budaya toleransi dalam kehidupan masyarakat majemuk. Di antaranya, formulasi baru toleransi, etika toleransi, peluang bagi perdamaian, dan aliansi keutamaan.
Din Syamsuddin mengatakan, aliansi keutamaan merupakan upaya mengangkat nilai-nilai keutamaan dari berbagai agama untuk ditampilkan sebagai lingkaran kebenaran. ’’Lingkaran keutamaan diharapkan dapat menggantikan lingkaran setan atau vicious circle yang saat ini melilit peradaban dunia,’’ terangnya.
Konferensi tentang toleransi di Abu Dhabi, lanjut ketua Dewan Pertimbangan MUI itu, membawa pesan kuat dan relevan dengan bangsa Indonesia yang memiliki kemajemukan. Untuk menjaga keutuhan, kerukunan, dan persatuan, toleransi merupakan prasyarat mutlak.
Din menyatakan, toleransi bukan sekadar kemungkinan, tetapi sudah menjadi keniscayaan. Namun, dia mengingatkan agar tidak ada satu kelompok yang mudah mengklaim paling toleran dan kelompok lain intoleran. Klaim sepihak yang bersifat subjektif seperti itu justru akan merusak iklim toleransi yang ada. Tuduhan sepihak seperti itu sering muncul karena bermotif politik. ’’Sikap itu sejatinya merupakan bentuk intoleransi,’’ urainya.
Daripada mengembangkan pendekatan bernada fobia seperti itu, kata Din, sebaiknya bangsa mengembangkan budaya toleransi sejati. Jika ada masalah di antara kelompokkelompok, sebaiknya dikembangkan budaya dialog. Sebab, dialog adalah cara bermartabat untuk mengatasi masalah yang ada.