Dicoret dari Pelatnas, Berambisi Tembus Olimpiade 2020
Hendro Yap merebut emas dari nomor jalan cepat 20 km Senin lalu (9/12). Itu adalah emas keempatnya di ajang SEA Games. Sayang, sepulang dari Filipina, dia tak lagi tergabung dengan pelatnas atletik. Atas nama pembinaan, Hendro dicoret.
TYASEFANIA FEBRIANI, Clark City, Jawa Pos
PERSIAPAN sudah matang. Catatan waktu sudah sesuai dengan target. SEA Games 2019 di Filipina tinggal beberapa pekan. Hendro Yap juga sudah siap berangkat ke Manila. Dia akan terjun di nomor spesialisasinya, jalan cepat 20 km. Oleh PB PASI (Persatuan Atletik Seluruh Indonesia), dia ditarget meraih emas. Seperti pada tiga edisi SEA Games sebelumnya. Eh, belum juga berangkat, dia menerima kabar buruk. Seorang pengurus PASI mendatanginya. Menyampaikan bahwa Hendro tak lagi tergabung di pelatnas tahun depan. ’’PASI ingin fokus ke atlet youth dan junior saja saat ini,’’ tutur Hendro ketika ditemui kemarin. ’’Itulah yang membuat motivasi saya menurun sebelum lomba,’’ lanjut dia.
Dia memang tidak lagi muda. Hendro lahir 29 Januari 1990. Bulan depan dia genap 30 tahun. Masalahnya, dia masih menjadi pejalan cepat terbaik yang dimiliki Indonesia. Belum ada yang bisa menyaingi, bahkan sekadar menyamai, catatan waktunya. Dia mengukir rekornas saat mengikuti Asian Race Walking Championship 2016. Dia melahap jarak 20 km dalam 1 jam 27 menit 24 detik.
Ketikadiberitahusoalpencoretannya, Hendro tidak bisa menerima begitu saja.Diasempatmengutarakankeberatan.Bagaimanapun,Hendromenjadi keluarga besar pelatnas sejak 2007.
’’Waktuitusayahanyamenyampaikan sepertiini,’Apakahkeputusanitusudah fixeddanpalingbijakyangtelahdibuat? Karena dulu waktu saya junior, saya sulit berprestasi jika tidak bersama senior,’ tuturHendro.’Namun,dijawab sudah(fixed,Red).Dansoalpeningkatan prestasi akan diserahkan ke pelatih. Tidak butuh senior,’ tuturnya getir.
Terang saja Hendro kecewa berat. Yang membuatnya makin sakit hati, dia masih berprestasi. Buktinya, dia masih mampu memenuhi target emas yang dibebankan kepadanya. Emas yang diraihnya di Clark City Senin lalu adalah emas SEA Games keempat sepanjang karirnya. Dia tidak pernah luput merebut medali paling mengilap itu sejak SEA Games 2013 di Myanmar.
’’Saya hanya dibutuhkan saat masih muda dan berprestasi. Bahkan saat saya masih berprestasi saja seperti ini,’’ ucapnya, lantas tertawa masam.
Meskididepakdaripelatnas,Hendro tidakserta-mertapensiun.Malahdia berambisi menembus Olimpiade Tokyo 2020. Demi mewujudkan itu, dia akan berlatih sendiri tanpa ada pelatihyangmendampingi.Jelassulit.
Namun,agarperformanyatidakmenurun,Hendroakanmemperbanyak tryout. ’’Saya hanya ingin menunjukkan kepada semuanya bahwa Hendro belum menyerah dan masih bisa berprestasi,’’ tegas dia.
Hendro adalah salah satu contoh atlet dengan mental baja. Dia menekuni atletik karena itu jadi tiket untuk keluar dari jerat kemiskinan. Hendro lahir dari keluarga susah. Setelah dia lulus SMP, orang tuanya bahkan tidak punya biaya untuk memasukkannya ke SMA. Karena ingin tetap sekolah, Hendro diam-diam menjadi atlet.
Kenapa diam-diam? Sebab, orang tuanya tidak setuju. Hendro menderita asma. Saat ketahuan latihan, Hendro dimarahi. Namun, dia kukuh pada pendirian. Sebab, beasiswa dari jadi atlet bisa dipakai untuk membiayai sekolah.
Setelah masuk pelatnas, tantangan yang dihadapi Hendro tidak berhenti. Pada 2012, dia mengalami cedera ACL. Hendro sampai divonis bakal lumpuh. Namun, lagi-lagi semangatnya tidak padam. Dia berjuang hingga tidak pernah absen meraih emas SEA Games sejak 2013. Sayang, karirnya di pelatnas sudah usai.