Jawa Pos

Ali Azhara dan Hariyanto Sediakan Rp 50 Miliar

- Gerindra Minta Para Kandidat Lebih Terperinci soal Pembiayaan

SURABAYA, Jawa Pos – Agenda pemaparan visi-misi untuk para bakal calon wali kota (bacawali) di DPC Gerindra ditunda. Berkas mengenai strategi pembiayaan dinilai kurang lengkap. Partai meminta para kandidat menyiapkan detail perincian biaya pemenangan beserta angkanya. Sebab, hal itu bakal menjadi salah satu pertimbang­an untuk memberikan rekomendas­i. Termasuk kemampuan logistik.

Para kandidat sejatinya diminta menyiapkan visi-misi yang akan dipresenta­sikan pekan ini. Panitia sudah menyiapkan tempat. Sebab, DPW (dewan pimpinan wilayah) meminta nama-nama bacawali beserta nilainya disetorkan paling lambat 15 Desember.

Namun, ada kebijakan baru soal berkas administas­i para bacawali. Kandidat yang telah mendaftar harus menyebutka­n secara lugas dan terperinci kekuatan dananya. ”Sudah bagus strateginy­a. Tapi, rata-rata masih konsep,” kata Ketua DPC Gerindra Surabaya Bagio Fandi Sutadi.

Pria yang pernah maju sebagai calon wali kota pada 2010 itu mengatakan, strategi pembiayaan meliputi banyak aspek. Kandidat harus mempunyai hitung-hitungan yang matang dan realistis. Dengan demikian, kekuatan dan kebutuhan dana dalam mengikuti running pemilihan wali kota (pilwali) jelas. ”Jadi, tidak asal maju. Dalam hal ini, harus realistis,” tuturnya.

Sutadi mencontohk­an dana saksi yang wajib disiapkan. Jika di satu TPS (tempat pemungutan suara) ada dua saksi, kebutuhan finansial yang harus disiapkan Rp 1,6 miliar. Dengan asumsi, jumlah TPS untuk tahun depan lebih dari empat ribu dengan honor saksi Rp 200 ribu per orang. ”Itu hanya untuk saksi. Belum pelatihann­ya. Belum pembekalan­nya. Belum yang lain,” jelasnya.

Ada pula dana kampanye yang tidak sedikit. Belum lagi kebutuhan anggaran untuk personal branding. Menurut Sutadi, hal tersebut perlu diperhitun­gkan dengan matang dan terkukur oleh setiap calon, tidak hanya berupa konsep.

Sutadi menyadari tidak semua kandidat maju dengan uang sendiri. Ada pula yang sudah mendapatka­n dukungan finansial dari pihak ketiga. Namun, tetap harus ada hitunghitu­ngan yang riil.

Mantan anggota DPRD Surabaya periode 2014–2019 itu menegaskan, perincian anggaran yang dimiliki para bacawali bukan untuk partai. Itu digunakan untuk kebutuhan cost politic bagi setiap kandidat. ”Kita harus realistis. Percuma memiliki program yang bagus, tapi tidak siap saat pencalonan,” ucapnya.

Sutadi menyatakan, strategi pembiayaan tersebut nanti menjadi salah satu pertimbang­an partai dalam memberikan rekomendas­i. Bahkan, bisa dibilang hal itu jadi pertimbang­an utama. ”Kalau soal kualitas, nanti ada nilainya saat pemaparan visi-misi bersama para panelis. Tapi, soal strategi pembiayaan ini, masingmasi­ng (kandidat, Red) yang bisa mengukur kekuatanny­a sendiri,” jelasnya.

BAKAL calon wali kota (bacawali) Ali Azhara alias Gus Ali mulai melakukan safari politik ke beberapa tokoh. Mulai dari kalangan nahdliyin sendiri sampai beberapa ketua partai. Kemarin (10/12) pria yang pernah maju sebagai calon anggota legislatif dari PPP itu berkunjung ke kediaman Ketua DPC Gerindra Surabaya Bagio Fandi Sutadi.

Gus Ali bukan satu-satunya orang yang mengunjung­i Sutadi. Sebelumnya ada Zahrul Azhar As’ad alias Gus Hans dan dokter Gamal Albinsaid yang juga datang ke rumah mantan anggota DPRD Surabaya itu.

Menurut Gus Ali, langkah tersebut merupakan kunjungan biasa. Niatnya hanya silaturahm­i sekaligus menanyakan kelanjutan proses penjaringa­n bacawali di Gerindra. ’’Biasa, hanya mengobrol santai saja soal pilwali,’’ katanya.

Dia menampik tudingan terkait adanya lobi politik agar bisa mendapatka­n rekomendas­i dengan cara potong kompas. Kunjungan tersebut, kata Gus Ali, hanya sebatas menjaga hubungan dengan salah satu ketua partai.

Sebab, menurut dia, hal itu penting karena dibutuhkan minimal 10 kursi untuk maju sebagai calon wali kota jika mendapat rekomendas­i. Apakah membahas kekuatan dana yang disiapkan untuk running pilwali? ’’Tidak ada, tidak sampai ke sana,’’ jelasnya.

Namun, Gus Ali mengatakan sudah menyiapkan anggaran

Rp 50 miliar. Itu angka minimal. Jumlahnya bisa bertambah jika memang nanti resmi mendapat rekomendas­i dari partai. Sebab, dia mengaku sudah ada yang siap membantu untuk kebutuhan finansial.

Anggaran Rp 50 miliar merupakan dana yang disiapkan secara pribadi. Sebab, mantan aktivis PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) tersebut menyadari bahwa cost politic memang tinggi. ’’Saya pernah maju sebagai caleg DPRD Jatim. Minimal sudah ada gambaran,’’ katanya.

Dana tersebut disiapkan untuk menggerakk­an tim pemenangan­nya. Honor saksi sampai pembekalan juga sudah dihitung. ’’Semua sudah ada perinciann­ya. Nanti kalau diminta tinggal disetorkan,’’ ucapnya.

Bukan hanya Gus Ali, Ketua Peradi Hariyanto juga menyiapkan anggaran Rp 50 miliar. Saat ini timnya sudah bergerak untuk melakukan survei dan personal branding. Dia juga sudah membentuk tim di tiap-tiap kelurahan di 31 kecamatan se-Surabaya.

Menurut Hariyanto, tingginya kebutuhan dana untuk maju sebagai calon wali kota dianggap sebagai hal yang wajar. Yang penting nanti harus ada manfaat untuk masyarakat jika memang diberi amanah menjadi pemimpin.

Soal Partai Gerindra, Hariyanto mengatakan bahwa perincian anggaran dan peruntukan­nya bakal disiapkan jika memang diminta.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia