RW 5 Babatan Jadi Juara I berkat Kampung Ramah Anak
Namanya smart garden. Spanduk bertulisan Kampung Ramah Anak terbentang di sebelah taman.
Taman tersebut dilengkapi berbagai fasilitas untuk bermain anak. Misalnya, ayunan dan dakon. Sarana edukasi juga dibangun di ujung taman. Gazebo yang dilengkapi perpustakaan mini itu dinamai sentra literasi. Anakanak bisa membaca berbagai buku sepuasnya.
Johny Sunaryo, ketua RW 5, mengatakan membutuhkan perjuangan panjang untuk membangun kampung. Gerakan cinta lingkungan sejatinya dimulai pada 2014. ”Awalnya dari bank sampah yang saya bangun di rumah,” kata dia.
Nah, pembangunan bank sampah memunculkan pro-kontra. Ada yang setuju. Banyak juga yang protes. Sebab, di kompleks perumahan tersebut, sudah ada petugas yang rutin mengangkut sampah milik warga.
Selain itu, Johny mengaku pernah mendapat kecaman sampai penolakan. Bahkan, ada yang mengolok-oloknya seperti pemulung. Mantan kepala Kantor Cabang Bank Mandiri Gresik itu tidak gentar dengan ejekan tersebut. Dia malah membangun gudang bank sampah di belakang balai RW.
Secara bertahap, warga tergerak. Beberapa orang simpati dengan semangat Johny. Masyarakat mulai mau belajar memilah sampah. ”Itu (memilah sampah, Red) yang tidak bisa dilakukan petugas sampah,” kata bapak empat anak itu.
Pada 2016, RW 5 diikutkan lomba Surabaya Green and Clean yang merupakan kerja sama Pemkot Surabaya dengan Jawa Pos. Momen tersebut membuat warga semakin semangat. Pada saat itulah taman smart garden dibangun. ”Dulu namanya taman wurung karena mau dibangun nggak jadi-jadi,” kelakar pria asal Palembang tersebut.
Meski saat itu tidak mendapat juara pertama, Babatan meraih juara sebagai kampung dengan kategori sanitasi terbaik. Predikat juara tersebut membuat warga semakin termotivasi. Akhirnya, banyak yang ikut berpartisipasi. Bahkan, anak-anak dilibatkan dalam gerakan cinta lingkungan.
Johny mengatakan, ada program yang berjalan setiap Minggu. Namanya Pasukan Semut. Semua anggotanya anak-anak. Pasukan yang rata-rata berusia 6–12 tahun itu ”dipersenjatai” karung dan tongkat. Fungsinya untuk memungut sampah. Jadi, anak-anak diajak bersih-bersih setiap Minggu pagi setelah senam bersama. Mulai membersihkan got sampai mengambil daun kering yang jatuh. ”Sekarang anak-anak tidak usah disuruh sudah bergerak sendiri,” tuturnya.
Djulaikah, fasilitator lingkungan Kelurahan Babatan, kagum dengan kekompakan warga di RW 5. Masyarakatnya solid dan guyub. ”Itu kuncinya. Memang harus bergerak bersama untuk bisa membangun kampung,” katanya. pilot project