Gibran Dipilih karena Muda dan Anak Jokowi
Survei Pilkada, Purnomo Unggul Elektabilitas
JAKARTA, Jawa Pos – Pencalonan Gibran Rakabuming Raka dalam Pemilihan Wali Kota (Pilwali) Solo 2020 tidak hanya menuai kontroversi lantaran bernuansa politik dinasti. Para pemilih PDI Perjuangan juga berpotensi terbelah. Apakah akan mendukung putra Presiden Joko Widodo itu atau memilih calon yang sejak awal direkomenasikan DPC PDIP Solo, Achmad Purnomo.
Kemarin (16/12) lembaga survei Median merilis hasil survei mengenai pencalonan wali kota Solo. Di antara 18 tokoh yang punya peluang maju dalam pilwali Solo, hanya dua orang yang paling dikenal publik kota tersebut. Yakni, Purnomo dan Gibran. Hanya mereka yang popularitasnya di atas 50 persen. Keduanya juga sedang berebut pintu pencalonan dari PDIP.
Meskipun popularitas keduanya hampir seimbang, tidak demikian halnya dengan elektabilitas mereka. Purnomo unggul cukup jauh dari Gibran. Untuk elektabilitas tertutup saja, Purnomo mendapatkan 45 persen, sedangkan Gibran baru 24,5 persen (selengkapnya lihat grafis).
Direktur Eksekutif Median Rico Marbun menjelaskan, pendukung kedua tokoh itu punya alasan yang berbeda dalam memutuskan pilihan. ’’Orang memilih Ahmad Purnomo ini faktor rasionalnya tinggi. Tetapi, orang memilih Gibran justru faktor emosionalnya lebih tinggi,’’ terangnya saat paparan survei di Jakarta Pusat kemarin.
Warga Solo memilih Purnomo karena merupakan petahana yang dinilai berpengalaman. Purnomo juga dinilai merakyat dan belum ada calon lain yang bisa sebaik dia. Sebaliknya, Gibran dipilih karena usianya yang masih muda. ’’Yang kedua memang karena faktor (anak) Pak Jokowi,’’ lanjut Rico. Latar belakang kompetensinya sebagai pengusaha kreatif justru berada di urutan ketiga alasan pemilihan.
Pada umumnya, kemunculan Gibran di gelanggang politik lokal dipandang baik oleh warga Solo. Hanya 21 persen yang menganggap tidak baik. Sisanya memandang baik dan biasa saja. Bahkan, 55,5 persen responden warga Solo beranggapan bahwa majunya Gibran bukanlah bagian dari politik dinasti. Meskipun faktanya, ayah Gibran saat ini masih menjabat presiden.
Kehadiran Gibran, lanjut Rico, juga membuat pemilih PDIP di Solo terbelah. Sebanyak 43,7 persen tetap mendukung Purnomo, sedangkan 36,7 persen lainnya memilih Gibran. Sisanya memilih calon-calon lain atau tidak menjatuhkan pilihan. Hal itu akan menimbulkan dilema bagi PDIP dalam memutuskan siapa yang akan dicalonkan. ’’Ini adalah pertarungan figur kultural (Gibran) melawan figur struktural (Purnomo),’’ ucap Rico.
Bila PDIP langsung memutuskan mencalonkan Purnomo, ada potensi ditinggalkan pendukung Gibran. Sebaliknya, bila buru-buru memutuskan mencalonkan Gibran, bisa-bisa pendukung Purnomo kecewa. Itu akan berpengaruh pada suara PDIP di Solo pada 2024. ’’Biarkan dulu ini berkompetisi sampai 2–3 bulan ke depan,’’ tambahnya. Bila terjadi pengerucutan suara, itu waktu yang baik bagi DPP PDIP untuk mengambil keputusan.
Bantah Politik Dinasti
Sementara itu, Ketua DPP PDIP Puan Maharani mengungkapkan, keikutsertaan Gibran dalam kontestasi pemilihan wali kota Solo merupakan bagian dari hak warga negara. Saat ini yang bersangkutan mengikuti mekanisme dengan mendaftar melalui PDIP. ’’Tunggu mekanisme saja. Saat ini kan masih berproses,’’ kata Puan di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, kemarin.
Sejauh ini, PDIP belum memberikan rekomendasi untuk mencalonkan Gibran dalam kontestasi Pilwali Solo 2020. Sebab, pada saat bersamaan, Wakil Wali Kota Solo Achmad Purnomo juga mendaftar ke PDIP. Kalaupun nanti rekomendasi jatuh ke Gibran, sambung Puan, pihaknya mempersilakan rakyat untuk memilih calon pemimpin mereka.
’’Silakan rakyat yang memilih kalau memang itu adalah calon pilihan rakyat. Itu saja,’’ ujarnya.
Dia juga menepis bahwa majunya Gibran dalam pemilihan kepala daerah adalah bentuk dinasti politik, tetapi lebih merupakan hak politik sebagai warga negara. ’’Terlepas dia anak siapa, itu hak warga negara untuk maju.’’
Di bagian lain, Gerindra diam-diam ikut mempertimbankan Gibran untuk diusung dalam Pilwali Solo 2020. Wakil Ketua Umum Gerindra Sufmi Dasco Ahmad menyampaikan parameter utama dalam memberikan dukungan calon. Salah satunya adalah melihat hasil survei.
Selain Gibran, Gerindra juga melirik Bobby Nasution yang maju dalam pilkada Kota Medan. Dasco menegaskan, pertimbangan dukungan bukan karena yang bersangkutan adalah anak dan menantu Presiden Jokowi. ’’Dua-duanya kami pertimbangkan,’’ tegasnya.